YOGYAKARTA, MENARASUMBA.COM – Menghadapi aneka tantangan terhadap warta kebenaran dewasa ini, amat sangat mungkin kita bersikap membela diri atau menyangkal kebenaran.
Ambil contoh, korupsi yang dilakukan secara terang-terangan, orang masih juga tidak berani mengakui perbuatan itu.
Menyangkal kebenaran dianggap sebagai sebuah kepandaian dan kelicikan berargumentasi. Apakah ada rasa aman di hati, ketika mengatakan yang tidak benar?
Dalam Injil hari ini (Lukas 12:8-12) Yesus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa mereka haruslah kuat dalam menghadapi berbagai pencobaan. Kemuliaan sejati adalah penderitaan dan penganiayaan.
Dengan sangat jelas Yesus berkata: “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah.” (ay. 8-9).
Hal yang sama dilakukan oleh Petrus terhadap Yesus Gurunya. Ia menyangkal Yesus di depan umum.
Hal ini dilakukan karena takut difitnah, dicemooh, bahkan takut dianiaya dan dibunuh.
Petrus berupaya meyakinkan orang yang mempertanyakan identitasnya, bahwa ia tidak kenal Yesus, ia bukan murid Yesus.
Para martir Gereja awal sangat menyadari makna kata-kata Yesus. Mereka mengetahui dan percaya akan janji Yesus. Tidak ada siapapun yang dapat memisahkan mereka dari Yesus.
Santo Paulus menulis, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang.” (Rm 8:35).
Lalu, bagaimana dengan kita? Kita pun memiliki mentalitas yang tidak jauh beda dengan Petrus. Kita takut menjadi korban, kita takut berkata jujur dan benar.
Kita semua dipanggil untuk menjadi murid-murid Yesus. Bisa jadi kita tidak bernasib sama dengan para murid Yesus di abad-abad awal Gereja, yaitu mengalami kematian sebagai martir.
Namun kita harus kuat dalam upaya menolak semangat duniawi yang sangat kuat berpengaruh dalam kehidupan kita.
Kita harus menghayati hidup Kristiani sejati yang penuh dengan sukacita dan cintakasih, yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita di depan orang-orang lain.
KESETIAAN mendorong kita untuk mengakui Yesus dalam situasi apa pun. PENYANGKALAN akan KEBENARAN adalah wujud nyata sikap ingat diri dan tidak bertanggungjawab.
Jangan takut! Roh Kudus tetap mengawal kita setiap saat. ( DT )
Happy WEEKEND Shalom, Tuhan memberkati.
@Dami Tiala Umat Lingkungan Ratu Kenyo.
Ev. Gereja Paroki Santo Petrus & Paulus BABADAN Wedomartani, Sleman – Yogyakarta.





































