TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Keinginan Brigjen TNI Simon Petrus Kamlasi untuk maju sebagai calon gubernur NTT tidak muncul begitu saja.
Karena jauh sebelum itu, cita-cita ini sudah tertanam di benaknya sedari masih kecil.
“Keputusan saya untuk mundur dari TNI dan maju menjadi gubernur ini sudah saya pikir matang-matang,” tuturnya saat diwawancarai awak media, Kamis (12/09/2024).
Alumni Akademi Militer Nasional tahun 1996 yang akrab dengan panggilan SPK ini terinspirasi sosok mantan komandan SESKOAD, Mayjen (Purn) TNI Herman Musakabe yang sukses jadi gubernur NTT di era 1993-1998.
Penyambutan Brigjen Simon Petrus Kamlasi dan rombongan di kediaman mantan bupati SBD, Markus Dairo Talu di Reda Mbolo, Kamis (12/09/2024) malam. ( Foto Menara Sumba )
Saat lulus dari akademi militer, ia berpikir bahwa kemungkinan besar kelak akan jadi gubernur.
“Mengapa? Karena di tahun-tahun itu pada zaman orde baru hampir semua gubernur di Indonesia berasal dari tentara,” katanya.
Bahkan, ia berkisah, di baju seragam SMA ada tanda tangan Mayjen Herman Musakabe.
Tetapi dalam perjalanannya, situasi politik negara ini pun berubah dan tidak ada lagi kesempatan yang sama untuk anggota militer aktif menjadi gubernur.
“Kemungkinan itu mengecil, tapi tetap ada. Dan setelah berdinas sejak 2013, bolak-balik ke Korem 161/Wirasakti Kupang, saya banyak melihat tentang kondisi pembangunan di NTT,” tuturnya.
Dalam masa dinas selama empat tahun bolak-balik, dimana terakhir sebagai Kepala Staf Korem, ia banyak terlibat dalam kegiatan Forkopimda mendampingi Danrem.
Dalam semua kondisi selama dua tahun terakhir, ia melihat bahwa urusan pengabdian sebagai tentara angkatan darat, mengabdi untuk NTT melalui 2 cara.
SPK menggalang pembangunan air bersih, yang dikenal dengan TNI AD Manunggal Air yang terlahir dari idenya waktu itu.
Pose bersama bakal calon gubernur NTT Brigjen TNI Simon Petrus Kamlasi (kanan) dan bakal calon wakil gubernur NTT, Adrianus Garu, SE, M.Si (kiri) bersama mantan bupati SBD, Markus Dairo Talu, SH (tengah). ( Foto Menara Sumba )
“Kemudian masuk ke banyak hal pengabdian lagi. Ada pembangunan rumah ibadah, dan lain-lain,” papar SPK.
Ia kemudian berpikir, jika ingin mengabdi lebih luas, tidak ada cara lain lagi kecuali terlibat dalam pemerintahan.
Melihat banyaknya aspirasi masyarakat yang menginginkannya maju, dimana hampir bersamaan ketika ia jadi perwira tinggi, akhirnya diputuskan untuk memperluas pengabdian itu.
“Sehingga saya mempersembahkan bintang yang didapat ini untuk rakyat NTT, dengan keyakinan mereka ada di hati saya. sehingga saya bersedia untuk mundur dari dunia TNI dan maju sebagai calon gubernur meski masih 11 tahun lagi baru pensiun,” tandasnya.
Ia berterus terang, bisa saja melanjutkan karier di dunia militer hingga pensiun dengan pangkat minimal bintang tiga.
“Tapi itu hanya untuk diri saya dan keluarga, dimana 11 tahun kemudian situasi belum tentu sama seperti saat ini,” timpalnya lagi.
Alasan lain yang membuatnya sangat tertarik untuk maju sebagai salah satu kontestan calon gubernnur saat ini karena presiden terpilihnya juga seorang jenderal, sehingga ada komunikasi yang terbangun secara emosional.
“Jadi mohon maaf, memang menurut saya ini yang terbaik. Tidak perlu dilihat dari perspektif apa pun, karena intinya cuma satu, perspektif pengabdian,” pungkas SPK.
Dirinya ingin mengabdi lebih luas, dimana tidak ada cara lain kecuali menduduki jabatan gubernur.
Dengan demikian ia bisa memutuskan membangun NTT dengan caranya, dibantu oleh wakil gubernur dan seluruh komponen yang ada di NTT.
“Jadi saya akan menciptakan bintang-bintang baru, apalagi sekarang banyak anak Sumba jadi tentara, tetapi berapa orang yang jadi perwira tinggi? Jika saya jadi gubernur yakinlah pasti akan tambah banyak,” janjinya. ( JIP/MS )
