KODI, MENARASUMBA.COM – Warga Desa Ate Dalo, Kecamatan Kodi berharap tenaga kerja dari wilayah itu bisa terserap saat Arya Sumba Resort sudah beroperasi.
Pasalnya, resort yang berada di Pantai Maliti, Desa Ate Dalo ini bakal beroperasi pada bulan Juni 2025 mendatang.

Kepala Dusun I, Desa Ate Dalo, Martinus Rehi Katoda.
Harapan tersebut disampaikan sejumlah warga desa itu kepada media ini, Sabtu (15/03/2025) lalu.
Menurut Kepala Dusun I, Martinus Rehi Katoda, kerinduan ini mengemuka karena banyaknya potensi kaum muda setempat yang bisa direkrut oleh manajemen resort.
“Itu juga merupakan salah satu mimpi warga di sini ketika melepas lahan mereka untuk dijadikan lokasi pembangunan hotel,” ungkapnya.
Martinus siang itu memimpin pertemuan warga Kampung Maliti untuk memberikan pencerahan terkait manfaat kehadiran investor yang membangun hotel.
Dalam pertemuan itu warga bersepakat memelihara kondusivitas di wilayah itu agar investor bisa nyaman melakukan aktivitas bisnisnya.
Keberadaan resort ini, kata dia, membangkitkan harapan baru bagi warga yang selama ini kesulitan mencari pekerjaan.
Sebelumnya banyak kaum muda Ate Dalo yang merantau ke Bali untuk mencari pekerjaan.

Salah satu warga Desa Ate Dalo, Matius Mali berharap pekerja lokal bisa terserap oleh Arya Sumba Resort.
Warga menyadari dan kemudian membangun kesepakatan untuk ambil bagian dalam memelihara dan menciptakan suasana kondusif.
“Niat ini juga sebagai ungkapan dukungan terhadap aktivitas investasi yang sudah mulai berjalan di desa kami,” katanya lagi.
Setidaknya, sebut Martinus, lowongan kerja yang tidak terlalu membutuhkan skill bisa memanfaatkan warga lokal.
“Jika tenaga sekuriti atau cleaning service saja misalnya harus didatangkan dari luar desa rasanya tidak elok juga,” tandas Martinus.
Hal senada disampaikan Matius Mali, yang terlebih dahulu telah dilibatkan dalam masa awal pembangunan resort tersebut.
Pihaknya mengatakan, banyak posisi yang bisa diisi oleh tenaga kerja lokal.
Menurut dia, keinginan ini tidak juga didasari oleh rasa ego sebagai warga yang tinggal di area itu.
“Tapi rasanya janggal juga jika anak-anak desa di sini cuma jadi penonton saja,” timpalnya.
Dalam pertemuan siang itu warga bersepakat menciptakan suasana yang membuat orang yang datang dari luar merasa betah.
Salah satunya adalah menjaga ketentraman dan keamanan, termasuk soal tata krama dan etika sopan santun dalam berkomunikasi.
“Kami sudah tegaskan, tidak ada lagi orang yang merasa was-was saat datang ke sini. Bagi mereka yang mau lamar kerja harus paham etika dan berperilaku baik serta menyenangkan,” pungkas Matius. ( JIP/MS )






















