JAKARTA, MENARASUMBA.COM – Sosok almarhum Brigjen (Pol) Drs. Anton Enga Tifaona layak mendapat gelar sebagai pahlawan nasional.
Pendapat ini mengemuka dalam sebuah seminar nasional bertajuk Matahari dari Timur untuk Indonesia yang diselenggarakan pada Sabtu (27/01/2024) di Auditorium Mutiara, Gedung PTIK, Jakarta Selatan.
Seminar yang diselenggarakan Forum Pahlawan Nasional bekerja sama dengan Yayasan Anton Enga Tifaona ini merupakan tindak lanjut dari upaya masyarakat Pulau Lembata yang sejak tahun 2021 lalu mengusulkan nama Anton Enga Tifaona agar dapat ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Kegiatan ini dihadiri kurang lebih 350 orang termasuk para tokoh dari Lembata dan sejumlah mahasiswa PTIK.
Saat memberikan sambutan pada pembukanan seminar, Penjabat Gubernut NTT Ayodhia G. L. Kalake, SH, MDC menandaskan bahwa pemerintah ikut mendukung upaya pemberian gelar pahlawan nasional tersebut.
Foto Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia G. L. Kalake, SH, MDC bersama Irjen Pol Daniel Hyronimus Bolly Tifaona, SIK, MSi serta narasumber, moderator, dan keluarga almarhum Brigjen Pol (Pur) Anton Enga Tifaona. ( Foto Istimewa )
“Pemerintah Provinsi NTT mendukung penuh pencalonan Anton Enga Tifaona sebagai pahlawan nasional,” ujarnya.
Hal senada disampaikan anggota Wantimpres RI Mayjen Pol (Purn) Drs. Sidarto Danusubroto, SH sebagai salah satu narasumber yang memberi kesaksian lewat tayangan video.
“Ia seorang polisi petarung yang teguh pada prinsip sebagai abdi hukum dan berani berkelahi melawan orang yang mengganggu pegangan prinsipnya sebagai penegak hukum,” kisah Sidarto.
Salah satunya terlihat ketika Sidarto Danusubroto menjabat Kapolda Jawa Barat dan Anton Enga Tifaona sebagai Wakapolda.
“Ia mendorong agar Polri dengan usaha swadaya membangun sendiri sarana dan prasarana baik di lingkungan kepolisian, maupun di luar institusi,” tambahnya.
Selain anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto, seminar ini juga menghadirkan 4 narasumber lain yaitu pakar ilmu komunikasi Prof. Dr. Aloysius Liliweri, MS, pakar manajemen inovasi Dr. Agnes Avanti Fontana, pakar filsafat sekaligus sosiolog Pater Charles Berah SVD, dan sejarahwan Bonnie Triyana, SS.
Para narasumber mencoba membedah sosok, peran, maupun sepak terjang almarhum Brigjen Pol Anton Enga Tifaona.
Profesor Alo Liliweri mengaku terkesan dengan perjalanan hidup seorang Anton Enga Tifaona.
”Beliau adalah seorang tokoh protagonis, tokoh pahlawan yang banyak berbuat baik. Ia banyak menggali kebermaknaan melalui peran utama dan karya-karya yang dibuatnya,” tutur Alo.
Sedangkan Agnes Avanti Fontana yang juga Lektor Kepala di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mengupas habis hal terkait manajemen talenta dan inovasi unggul pada sosok Anton Enga Tifaona.
“Pengusungan Anton Enga Tifaona menjadi pahlawan nasional dapat menjadi wake up call tentang pentingnya pembangunan daerah yang inklusif, yang memang harus digerakkan secara bersama,” sebut Avanti.
Sementara Pater Charles Berah melihat sosok Anton Tifaona sebagai sebuah konteks yang membentuk teks.
Konteks dalam hal ini adalah Lamalera, tempat Anton Tifaona kecil menimba ilmu di sekolah rakyat kala itu, dan teks tidak lain adalah figur Anton Tifaona sendiri.
“Ia berhasil keluar dari egosentrisisme dan masuk dalam sosiosentri. Itu yang membuat ia banyak berkarya untuk kehidupan dan masyarakat,” jelas Pater Charles.
Sebagai sejarahwan, Bonnie Triyana lebih banyak membedah fase-fase sejarah yang terjadi di Indonesia yang memengaruhi sosok dan pembentukan watak Anton Tifaona, mulai dari kecil hingga masa tua.
”Rupanya perubahan dari masa penjajahan dan masa revolusi tidak banyak berpengaruh pada Lembata, tempat Anton Tifaona melewati masa kecilnya,” simpul Bonnie.
Sesi tanya-jawab dan interaksi dengan audiens dipadati dengan sharing pengalaman yang disampaikan orang-orang yang pernah mengenal Anton Tifaona, termasuk Komjen Pol (Purn) Goris Mere dan Brigjen Pol (Purn) Dr. Drs. Parasian Simanungkalit, SH, MH.
Peserta seminar nasional juga menyampaikan dukungan pencalonan Anton Enga Tifaona sebagai pahlawan nasional dengan membubuhkan tanda tangan di atas kanvas.
Saat ini nama Anton Enga Tifaona telah diabadikan untuk Aula Pemerintah Kabupaten Lembata dan nama jalan di Lewoleba, ibu kota Lembata.
Bahkan patung Anton Enga Tifaona juga sudah berdiri di Simpang Lima Wangatoa, Lewoleba, Lembata.
Penjabat Bupati Lembata pun telah menerbitkan Surat RekomendasiNomor BU/860/1525/Dinsos-P2KB/VI/2022 tertanggal 10 Juni 2022 perihal dukungan Anton Enga Tifaona menjadi pahlawan nasional. ( TAP/MS )
