Humaniora

Kais Rupiah di Geliat Malam Kota Tambolaka Pria Muda Asal Brebes ini Raup Rezeki hingga 600 Ribu

×

Kais Rupiah di Geliat Malam Kota Tambolaka Pria Muda Asal Brebes ini Raup Rezeki hingga 600 Ribu

Share this article

TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Usai pandemi COVID-19 benar-benar beranjak, geliat kehidupan malam di Tambolaka, ibu kota kabupaten SBD mulai terlihat.

Temaram kota yang nihil lampu penerangan jalan tidak memadamkan semangat dan kreativitas sejumlah pedagang kuliner yang sebagian besar berasal dari Pulau Jawa mengais rupiah di sepanjang pinggiran jalan protokol.

Salah satunya adalah Sa’i pedagang martabak dan terang bulan yang mangkal di depan Toko Dua Tiga Empat, tak jauh dari Gedung Gereja Kristen Sumba (GKS) Jemaat Mata, Tambolaka.

Mentari sudah mulai masuk ke peraduannya dan hari beranjak malam pada Selasa (03/12/2024) saat awak media ini menghampiri pria asal Brebes, Jawa Tengah tersebut yang sedang menggelar dagangan.

Meski baru senja tapi pelanggan mulai berdatangan di kedai dorong pinggir jalan ini.

“Kebanyakan pelanggan di sini lebih suka pesan terang bulan,” jelasnya kepada awak media ini

Sementara peminat martabak, katanya lagi, tidak sebanyak pembeli terang bulan.

Dalam semalam omzet yang masuk kocek berkisar antara 500 ribu hingga 600 ribu.

Untuk terang bulan tersedia dua pilihan rasa, ada coklat dan juga kacang.

“Untuk terang bulan saya jual dengan harga 10 ribu satu loyang,” tutur Sa’i.

Sedangkan martabak pun demikian, ada yang cuma diisi telur dan sayur, namun ada juga yang spesial ditambahkan daging ayam.

Martabak biasa dipatok 20 ribu dan martabak spesial berisikan daging ayam dihargai dengan 25 ribu.

Ditanya keuntungan bersih sebulan Sa’i enggan berterus terang, lumayan katanya singkat sambil senyum.

Di tengah banyaknya pesaing sesama pedagang terang bulan dan martabak, ia mampu eksis berjualan selama lima tahun.

“Syukur dari hasil jualan ini bisa bayar kontrakan serta kebutuhan hidup keluarga dan sisanya ditabung,” ungkapnya.

Bermodal sebuah gerobak rombong, kompor gas, tiga buah loyang terang bulan, dan sebuah penggorengan martabak setiap malam ia mangkal selama beberapa jam hingga adonan habis.

Agar bisa berjualan di situ setiap malam Sa’i membayar sewa 25 ribu kepada pemilik kintal dan untuk itu ia diberi penerangan listrik.

Dagangannya diminati banyak orang yang kini jadi langganan, terutama penikmat terang bulan lezat olahan tangan pria muda ini

“Penganan olahan Mas Sa’i memang terkenal enak, dan saya salah satu pelanggannya,” beber seorang langganan yang antre menanti giliran malam itu. ( JIP/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *