TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Trend wabah ASF yang dalam beberapa waktu lalu sempat meningkat, perlahan dapat dikendalikan dan mulai turun.
“Sesuai data yang disampaikan petugas lapangan, sampai dengan saat ini belum ada laporan yang menyebut bahwa banyak ternak babi yang mati karena ASF,” ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten SBD, Drs. Agustinus Pandak kepada media ini, Rabu (01/02/2023).
Ia menyebut, usai digelar rapat dengar pendapat dengan DPRD setempat, pihaknya sudah menegaskan kepada setiap dokter hewan dan pimpinan Poskeswan untuk senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat.
Seluruh jajaran ini diwajibkan memberi penguatan sekaligus pelayanan peternakan seperti obat-obatan, vitamin, dan berbagai macam pelayanan yang bersifat informatif kepada masyarakat.
Dengan demikian, masyarakat benar-benar menerapkan biosecurity dan memelihara ternaknya sesuai dengan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) yang baku tentang pemeliharaan ternak.
“Mulai dari kebersihan kandang, pemberian pakan berkualitas yang memenuhi standar nutrisi serta pemberian vitamin dan obat cacing,” jelasnya.
Di sisi lain, masyarakat juga harus mengetahui dan menyadari bahwa saat ini ASF sudah menyebar secara sporadis hampir di seluruh wilayah SBD. Karena itu, kunci utamanya adalah kesadaran dan kemauan peternak itu sendiri untuk menjaga hewan peliharaannya.
Ketika ada semangat yang sama antara masyarakat dan pemerintah melalui langkah terpadu, maka akan terbangun kekuatan kolaboratif untuk mencegah dan mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh virus ASF.
“Setelah ada instruksi bupati dan surat edaran, hampir tidak ditemukan lagi adanya bangkai ternak yang dibuang sembarangan di sepanjang jalan protokol maupun tempat lainnya,” ungkap Kadis Agustinus.
Hal ini juga merupakan bagian dari upaya nyata dalam mencegah penyebaran virus ASF secara sporadis maupun massif.
Karena itu Agustinus mengharapkan keterlibatan semua pihak baik dinas, badan, dan institusi terkait untuk menjaga, memperketat, mengawal instruksi bupati dan surat edaran tersebut agar benar-benar dilaksanakan secara simultan.
“Karena tanpa upaya bersama sulit memang untuk kita atasi kondisi ini,” tambahnya.
Mantan Kepala BPBD Kabupaten SBD ini juga berharap, bantuan desinfektan dari pemerintah provinsi segera tiba sehingga dapat dilakukan desinfeksi terhadap kandang dan pusat-pusat pengembangan ternak babi.
Hingga ditemui media ini, data terakhir ternak babi yang mati akibat ASF belum dilaporkan. Diharapkan dalam rapat internal awal bulan kondisi terkini tersebut sudah bisa disampaikan.
Sebagai langkah awal, sebutnya pula, sudah dilakukan desinfeksi dengan memanfaatkan stok desinfektan yang tersedia di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten SBD.
Setidaknya, upaya ini bisa menjadi motivasi bagi masyarakat peternak babi agar tidak pesimis dan terus bersemangat menjalankan usahanya.
“Harus ada keyakinan bahwa dengan upaya yang terus mengikuti petunjuk penanganan kita pasti berhasil. Karena bagaimana pun, ternak ini bersentuhan langsung dengan segala urusan sosial kemasyarakatan dan bernilai ekonomis tinggi,” tandasnya. ( TIM/MS )