TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Tindakan tidak kooperatif supplier CV Bunga Matahari Sumba yang marah-marah ketika dikonfirmasi wartawan akhirnya berbuah pengaduan di polisi.
Surat pengaduan terhadap Mariana Malo (MM) selaku supplier yang bertindak atas nama CV Bunga Matahari Sumba tersebut resmi diantar ke Mapolres SBD oleh Rovyn Tenge, wartawan media online HitsIdN.com, Jumat (03/02/2023).
“Saya datang untuk melaporkan secara resmi perihal perbuatan tidak menyenangkan dan pelecehan terhadap profesi saya sebagai wartawan oleh ibu MM, supplier CV Bunga Matahari Sumba,” terang Rovyn yang saat itu didampingi sejumlah awak media.
Ia menuturkan, kejadian itu bermula saat ia mengonfirmasi MM untuk mendapat klarifikasi terkait aduan warga Desa Ole Ate, Kecamatan Kodi yang menjadi penerima bantuan Rumah Layak Huni (RLH) tahun 2022.
Anggaran bantuan RLH ini bersumber dari APBD Pemprov NTT yang dialokasikan kepada 34 kepala keluarga tidak mampu atau rentan miskin di Desa Ole Ate, Kecamatan Kodi, Kabupaten SBD.
Setiap kepala keluarga mendapat bantuan 25 juta dengan rincian 22,5 juta untuk pengadaan material bangunan dan 2,5 juta biaya tukang.
Sebelumnya, berita tentang distribusi beberapa material bangunan oleh supplier yang tidak sesuai ketentuan dalam Daftar Rencana Pembelanjaan Bahan Bangunan (DRPB2) sudah ditayangkan.
Rovyn menyebut, berita ini terpublikasi sesuai fakta lapangan dan hasil konfirmasi terhadap warga penerima bantuan.
Bahkan Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kabupaten SBD, Petrus Japa Ole pun sudah memberi peringatan agar supplier bersangkutan segera menuntaskan pekerjaan sesuai ketentuan.
Celakanya, saat dikonfirmasi lewat handphone beberapa waktu lalu MM malah bereaksi dengan nada kasar dan enggan memberi klarifikasi tentang aduan warga tersebut.
Dalam rekaman percakapan yang diperoleh media ini terdengar MM marah-marah dan mengatakan bahwa ia merasa terusik karena dikonfirmasi pada hari Sabtu yang merupakan hari libur.
Awalnya, saat ditelpon dari handphone MM hanya terdengar bunyi musik tanpa ada jawaban. Karena itu Rovyn pun memutuskan sambungan telepon.
Selang beberapa saat kemudian malah MM yang menelpon balik dan langsung menanyakan maksud Rovyn menghubungi dirinya.
“Kenapa kau telepon saya malam-malam, tadi pas saya sibuk kerja. Ada apa?” cecar MM dalam rekaman percakapan itu.
Rovyn pun memperkenalkan diri lalu menjelaskan maksudnya dan mengemukakan aduan warga yang juga faktanya sudah diinvestigasi langsung di lapangan.
Namun saat ia bertanya terkait kebenaran keluhan masyarakat tersebut, MM langsung menyambar dengan nada emosi.
“Kalau bicara lewat telepon saya kurang puas, kalau bisa kita bertemu,” pinta MM.
Atas jawaban ini, Rovyn langsung membalasnya jika besok pun tidak masalah yang kemudian ditanggapi dengan sewot oleh MM.
“You bukan orang Kristen ya, kau punya nama siapa tadi? Kan you sudah tahu bahwa hari ketujuh itu hari Tuhan Allahmu. Makanya saya bilang hari Senin bisa ketemu kau tidak,” ujar sang supplier dengan intonasi suara yang terdengar meninggi.
Rovyn kemudian meminta agar MM bicara dengan nada biasa saja, tidak meledak-ledak. Karena tujuannya hanya ingin mendapat klarifikasi berhubung beritanya sudah deadline dan mau dipublikasi.
Bukannya mendapat klarifikasi, ia malah dicekoki dengan sejumlah kata-kata dengan diksi yang sangat tidak ramah.
MM mengatakan, kendati cuma seorang supplier, tapi sudah menguras darah dan keringat untuk Desa Ole Ate. Lalu kau ini siapa?, tanya MM dalam percakapan itu.
“Walaupun kau seorang wartawan, kepala dinas, bupati, gubernur, presiden, kau tidak pernah berkorban untuk masyarakat. Kau ketemu saya hari Senin di Desa Ole Ate,” tantang MM dengan nada marah.
Bahkan sejumlah kata-kata tidak etis dilontarkan oleh MM yang dalam rekaman itu terdengar sudah tidak mampu lagi mengontrol emosinya.
Meski sudah berulangkali diingatkan oleh Rovyn agar tidak menanggapi emosi, MM semakin berapi-api amarahnya hingga mengeluarkan kata-kata yang tidak beretika.
Dalam percakapan berdurasi 24 menit 12 detik itu, MM bahkan menuding Rovyn sengaja menelponnya karena mungkin menganggap dirinya adalah kupu-kupu malam.
Sebuah tuduhan menyakitkan dilontarkan MM terhadap Rovyn sehingga membulatkan tekad sang kuli tinta ini untuk melaporkan supplier yang diduga bermasalah dalam penanganan bantuan RLH di Desa Ole Ate tersebut.
“Kau menilai yang tidak-tidak, kau hanya mau duduk mau main tanda tangan, mau dapat uang,” tuding MM dalam nada emosi.
Dituding seperti itu, Rovyn membalas bahwa ia tidak suka dengan tuduhan yang sudah mencoreng nama baiknya dan akan melaporkan hal ini ke polisi.
“Silahkan, mau di Polda, bupati, gubernur, presiden, saya siap,” tantang MM dengan tensi yang terdengar makin tinggi. ( TIM/MS )