TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Di balik pemberitaan tentang protes sembilan karyawan PT JAS yang dramatis, di sisi lain ada kisah sebaliknya yang dialami sebagian besar pekerja di perusahaan ini.
Adalah Bertolomeus Ngara, salah satu dari empat karyawan PT JAS yang kini tengah menimba ilmu di ibu kota Jakarta.
Ia menghubungi media ini pada Kamis (19/10/2023) setelah mendengar kisruh protes sembilan karyawan yang ramai diperbincangkan.
Bertolomeus Ngara, salah satu karyawan PT JAS saat dalam perjalanan menuju Jakarta. ( Foto dok. Berto Ngara )
“Saat ini kami beberapa putra-putri daerah disekolahkan oleh perusahaan untuk mengambil lisensi khusus penerbangan di bagian handle pesawat,” ungkap mantan tenaga kontrak daerah yang akrab disapa Berto ini.
Ia melamar bekerja di PT JAS pada akhir tahun 2022, tatkala diinformasikan salah seorang kerabat jika perusahaan itu butuh karyawan. Syukur ia resmi diterima pada akhir Desember tahun lalu.
Berto mengawali karier di warehouse pada bagian ceklis barang masuk, dan kemudian dipercaya sebagai supervisor di portal pintu masuk bandara selama tiga bulan.
“Kemudian saya dipindahkan lagi sebagai controller untuk semua divisi, sekaligus menangani bagian gudang,” tuturnya.
Suasana briefing pagi sebelum aktivitas karyawan PT JAS yang bertugas di warehouse dimulai. ( Foto dok. Berto Ngara )
Dari jabatan controller dirinya kemudian dipercaya sebagai supervisor ground handling sampai dengan saat ini.
Sarjana pertanian yang pernah bertugas sebagai pendamping mantri tani di Kodi Utara sejak tahun 2014-2019 ini bangga bisa bekerja di PT JAS karena banyak pengalaman didapatkannya.
“Saya berterima kasih kepada PT JAS yang telah membuka peluang kerja cukup besar di Tambolaka saat tenaga kontrak daerah dirumahkan,” akunya terus terang.
Pria dua anak asal Desa Weepangali, Kota Tambolaka ini sempat menganggur setahun usai dirumahkan pada tahun 2019. Setelah itu sejak tahun 2020 bekerja sebagai sarjana pelopor desa.
Ia bersyukur bisa diterima bekerja di PT JAS padahal dirinya seorang sarjana pertanian yang bidang ilmunya bertolak belakang dengan profesi yang kini ditekuni.
“Karena itu perusahaan mengirim saya untuk menimba ilmu di bagian penerbangan atau lisensi khusus ijin beroperasi di bagian ground handling,” ujar Berto.
Meski sudah menduduki jabatan sebagai supervisor ground handling Bertolomeus Ngara tidak pernah mengajukan tuntutan kenaikan upah. ( Foto dok. Berto Ngara )
Soal tuntutan kenaikan upah yang kini mencuat atas protes sembilan pekerja lain tidak pernah dipersoalkannya, sebab sudah disepakatinya bersama perusahaan sejak awal masuk.
Berto komitmen dengan kesanggupannya saat awal diterima bekerja, bersedia digaji sesuai standar kemampuan perusahaan.
Karena saat itu hanya ada dua pilihan bagi dirinya, tanpa paksaan untuk setuju, pula tidak ada tekanan jika ingin mundur.
“Jika sepakat dengan upah yang ditawarkan kita diterima bekerja, dan kalau tidak setuju kita boleh angkat kaki cari kerja di perusahaan lain yang mungkin lebih besar upahnya,” lanjut pria yang sudah berumahtangga sejak tahun 2016 ini.
Berto menyebut, di perusahaan tempatnya bekerja ini seluruh karyawan dijamin dengan BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan.
Jika ia dan anggota keluarganya sakit, tidak perlu merogoh kocek untuk berobat maupun kontrol di rumah sakit.
Kini bersama tiga pegawai PT JAS lain yakni Kamelia Wiwiana Riti, Mario Julianus Maga, dan Marta Anita Bili, ia sedang menimba ilmu untuk memantapkan kemampuannya.
“Menyusul nanti di bulan ini ada sekitar empat orang lagi yang akan dikirim perusahaan untuk memperdalam ilmu di Jakarta,” tandasnya. ( TIM/MS )