TAMBOLAKA, MENARASUMBA – Seluruh elemen pentahelix diharapkan berperan serta dalam upaya menangkal masuknya virus rabies di pulau Sumba.
Demikian butir rangkuman yang disimpulkan dalam Focus Group Discusion (FGD) yang digelar Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang, Kamis (22/06/2023) di Kantor Balai Karantina Pertanian Wilayah Kerja Waikelo.
Pose bersama usai pelaksanaan kegiatan Forum Group Discusion di Kantor Balai Karantina Pertanian Wilayah Kerja Waikelo. (Foto. Menara Sumba)
Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang, drh. Yulius Umbu Hunggar ini dihadiri Kapolres SBD, AKBP Sigit Harimbawan, SH, SIK, MH, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten SBD, Drs. Agustinus Pandak, Pasi Intel Kodim 1629/SBD, Lettu Inf. Herad Yohanis Kenny, dan Kepala KSOP Waikelo, drh. Vera Lobo.
Diskusi ini juga dihadiri perwakilan dari beberapa instansi vertikal pemerintah, kepala desa Rada Mata, dan sejumlah insan pers di SBD.
Dalam sambutannya, drh. Yulius Umbu Hunggar mengatakan, kegiatan ini merupakan upaya antisipasi penyebaran virus rabies di pulau Sumba.
“Upaya ini juga sebagai tindak lanjut dari instruksi gubernur NTT Nomor 05/Disnak/2023 tentang Penanggulangan Rabies di Pulau Timor,” sebutnya.
Karena itu, pihaknya melakukan operasi terpadu dan menggelar FGD bertajuk peningkatan kewaspadaan penularan penyakit rabies.
Menurutnya, upaya pencegahan melalui peningkatan kewaspadaan adalah langkah terbaik ketimbang harus berjibaku menangani pengobatan selama bertahun-tahun.
Penyampaian materi oleh salah seorang narasumber dari Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang. (Foto. Menara Sumba)
“Di sinilah kita butuh dukungan penuh dari seluruh elemen pentahelix yang ada di wilayah ini untuk bersinergi agar Pulau Sumba tetap bebas dari rabies,” harap Umbu Hunggar.
Setelah menggelar FGD di kabupaten SBD, kegiatan yang sama akan dilanjutkan pada wilayah lain di Sumba, dengan prioritas utama daerah yang memiliki pelabuhan laut dan udara.
“Karena itu sesudah SBD kegiatan ini akan kami lanjutkan lagi di kabupaten Sumba Timur,” imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Kapolres Sigit Harimbawan menegaskan, pihaknya mendukung penuh upaya pencegahan penyebaran virus rabies di Sumba, khususnya SBD.
“Bersama Pemda SBD dan seluruh stakeholder yang ada, kami berkomitmen penuh untuk memastikan agar virus rabies tidak masuk ke wilayah ini,” tandas Kapolres.
Pelaksanaan operasi terpadu di Pelabuhan Waikelo yang digelar sebelum kegiatan Forum Group Discusion. (Foto. Istimewa)
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten SBD, Drs. Agustinus Pandak menekankan pentingnya kesadaran tiap individu untuk membangun kolaborasi yang sinergis antar seluruh stakeholder dan pemangku kepentingan.
Edukasi untuk membangkitkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat, sebut Agustinus, merupakan hal urgen yang mesti dilakukan secara elaboratif, terutama bagi warga yang berada di sepanjang pesisir.
“Seperti kita ketahui bersama, daerah pesisir merupakan wilayah amat rawan bagi masuknya berbagai macam hal dari luar pulau, termasuk ancaman wabah rabies jika minim pengawasan,” ucapnya.
Menurut Kadis Agustinus, penanganan COVID-19 serta penyakit mulut dan kuku (PMK) telah memperlihatkan hasil kolaborasi yang efektif dimana seluruh stakeholder di wilayah SBD ikut terlibat.
Diskusi ini menghasilkan kesepakatan untuk membentuk forum koordinasi antara pemerintah, TNI-Polri, dan karantina pertanian.
Peserta forum akan mengadakan pertemuan rutin untuk berbagi informasi sekaligus mengoordinasikan kegiatan pengamanan dan pengawasan karantina pertanian.
Forum tersebut akan bertugas melakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat untuk membangun kewaspadaan terhadap penularan virus rabies.
Selain itu akan ditingkatkan pertukaran informasi yang relevan dan berkaitan dengan kegiatan masing-masing peserta forum seperti data intelijen, laporan kejahatan, perkembangan terkini di sektor pertanian, juga informasi tentang spesies invasif atau penyakit yang berpotensi merusak pertanian.
Hal pokok yang berhasil dirumuskan dalam diskusi ini adalah kerja sama pentahelix yang akan melibatkan seluruh unsur negara/pemerintah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat umum, dan media dalam upaya pencegahan penyakit rabies. ( JIP/MS )