TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Anggota DPRD SBD dari Partai Gerindra sudah terlebih dahulu melaporkan insiden kampanye paket Ratu-Angga di Desa Wee Baghe, Kecamatan Wewewa Selatan.
Ia mendatangi Mapolres SBD pada Rabu (30/10/2024) malam usai keributan saat peresmian posko paslon nomor urut satu di Kampung Reda Loko, Desa Wee Baghe.
Ditemui media ini, Kamis (31/10/2024) di Tambolaka, ia mengaku melaporkan peristiwa itu ke polisi karena kuatir jangan sampai didahului oleh pihak sebelah.
“Usai kejadian itu saya masih ikut urusan adat peminangan ponakan di Kampung Panggogol, Desa Weri Lolo,” jelasnya.

Salah satu warga (tanda panah merah) dengan parang terhunus hendak menyerang Dappa Bulu (tanda panah hijau) namun dapat dilerai sehingga tidak sempat melukai anggota dewan tersebut. ( Ist )
Sembari menghadiri acara itu, ia menanti kabar jangan sampai kubu paslon Ratu-Angga berniat untuk menyelesaikan masalah itu secara damai.
Namun hingga hari beranjak malam tidak ada tanda apa pun yang mengisyaratkan bakal ada upaya damai.
“Karena kuatir jangan sampai saya dilaporkan dengan tuduhan mengganggu dan mengacau kegiatan kampanye maka lebih baik saya lapor duluan,” ujarnya beralasan.
Dituturkannya, peristiwa itu bermula saat ia hendak menanyakan perihal posko di kampungnya tersebut yang akan diresmikan oleh paslon Ratu-Angga.
“Karena jauh hari sebelumnya kami sudah sepakat secara keluarga jika posko itu untuk paket Rakyat, dan sangat kaget ketika malah mau diresmikan untuk posko paslon lain,” beber Dappa Bulu.
Apalagi, sebut dia, pihak yang mengaku memberi tempat untuk didirikannya posko itu berasal dari kampung lain.
Saat mendengar bunyi kendaraan dan riuh suara dari speaker, ia yang saat itu sedang bersiap hendak menghadiri hajatan adat peminangan salah satu ponakan bergegas mendatangi sumber suara tersebut.
“Ketika itu Pak Angga sedang bicara untuk meresmikan posko, dan saya datang menyela sambil mengangkat tangan minta waktu untuk bertanya,” tuturnya.
Saat itu tiba-tiba ada salah seorang yang menghunus parang dan hendak membacok dirinya, namun ia menghindar sambil mundur dan sejumlah orang menggagalkan upaya oknum yang menyerangnya dengan parang.
“Meski pun sudah mundur saya terus diserang oleh beberapa orang tim Ratu-Angga yang mampu saya tangkis, bahkan baju saya pun sempat ditarik,” katanya lagi.
Saat itu ia sempat ditanya oleh calon bupati Ratu Ngadu Bonu Wulla apakah dirinya bermaksud melarang kegiatan kampanye hari itu.
“Pak Dewan Dappa Bulu apakah larang saya resmikan posko ini? Kalau larang saya akan pulang,” lanjutnya menirukan ucapan calon bupati paslon satu.
Dengan tegas pertanyaan itu dijawab Dappa Bulu bahwa ia tidak melarang dan tidak punya hak melarang kegiatan itu.
Karena maksudnya menginterupsi kegiatan itu semata hendak mengklarifikasi keberadaan posko tersebut yang awalnya disepakati oleh keluarga untuk posko paket Rakyat.
“Juga apabila saat itu ibu Ratu menenangkan timnya yang sudah menyerang saya mungkin saja persoalannya tidak seheboh ini,” imbuhnya lagi.
Ia juga menyayangkan penyitaan parang dan kapouta (destar) yang saat itu ia kenakan untuk tujuan menghadiri hajatan peminangan adat salah satu ponakannya.
Sementara parang dari orang yang sudah menyerang dan hendak membunuhnya, termasuk pendukung paslon yang hadir di situ tidak diapa-apakan.
“Kebetulan saja saat itu saya mau ikut acara adat tersebut, apalagi saya juga menyumbang lemari dan kain sarung untuk ponakan yang mau dipinang,” terang dia.
Peristiwa yang dialaminya, termasuk pengaduan hukum kepada pihak berwajib sudah ia laporkan juga ke partainya.
“Saya ingin agar persoalan ini diselesaikan sesuai fakta yang terjadi dan itu adalah kewenangan penuh aparat penegak hukum,” tandas Dappa Bulu. ( JIP/MS )





































