Wisata/Travel

Di Laguna Wee Kuri Ada Penjaja Souvernir, Pedagang Minuman, dan Gadis Juru Potret Setia Kais Rezeki

×

Di Laguna Wee Kuri Ada Penjaja Souvernir, Pedagang Minuman, dan Gadis Juru Potret Setia Kais Rezeki

Share this article

KODI UTARA, MENARASUMBA.COM – Pesona Laguna Wee Kuri sudah mendunia jadi magnet yang menarik perhatian pelancong mancanegara.

Kompleks wisata air yang kini dikelola Pemkab SBD ini pun jadi ladang bagi warga sekitar untuk mengais rezeki.

Di salah satu sudut area ini hingga bibir danau berjejer lapak para pedagang kecil.

Salah satunya milik Rangga Mone, warga Waikahaka, Desa Moro Manduyo, Kecamatan Kodi Utara yang menjajakan souvernir dari kulit penyu, juga kain, dan parang Sumba berbagai ukuran.

Kepada media ini, Selasa (28/01/2025) pria lansia tersebut mengaku sudah 11 tahun menjalani aktivitasnya itu.

“Keuntungannya tidak banyak, cukup sekedar keperluan keluarga sehari-hari,” tuturnya polos.

Di atas bale-bale sederhana dari belahan bambu yang dijadikan etalase itu nampak beberapa batang parang bergagang tanduk.

Ada juga sejumlah aksesoris seperti cincin, gelang, dan kalung yang terbuat dari kulit penyu, dan di sudut lain ada temali tempat ia gelantungkan beberapa lembar kain tenun.

“Aksesoris kulit penyu paling banyak diminati orang lokal, sedangkan kain dan parang laku jika ada turis asing yang tertarik,” imbuhnya.

Pengakuan jujur dari bibir lelaki ini memang tidak mengada-ada, kondisi tempat ia berdagang adalah gambaran nyata keberadaannya yang sudah belasan tahun di situ.

Di sisi lain sebuah pondok kecil beratap alang mirip gazebo nampak pula di bibir tebing pada tepi laguna ini.

Martha Ina Kaka warga desa setempat adalah pemilik lapak yang sudah tiga tahun berdagang melayani kebutuhan pengunjung Danau Wee Kuri.

Menurut dia, penghasilan dari usahanya ini tidak menentu karena sangat bergantung pada pelancong yang datang

“Kadang ada waktunya dimana pengunjung sepi, meski kami gelar dagangan dari pukul tujuh pagi hingga pukul enam sore” bebernya.

Pada hari Minggu atau hari libur diramaikan pengunjung lokal, sedangkan hari biasa kebanyakan yang datang adalah turis luar atau mancanegara.

Martha berjualan berbagai jenis minuman. Ada air mineral, air kelapa muda, es, hingga bir, juga penganan ringan seperti mie telur dan cemilan.

“Paling menyenangkan kalau turis asing belanja, karena mereka pasti bayar lebih dan sering memberikan tip,” akunya senang.

Sebagai tambahan Martha juga menyewakan pelampung bagi pengunjung yang suka bersantai di air sambil mengapung.

Pelampung dari ban dalam mobil ini ia banderol dengan tarif 20 ribu sekali sewa tanpa batas waktu.

Idenya mengais rezeki ini terlihat sederhana tapi justru dibutuhkan oleh wisatawan yang ingin bersantai ria di tengah telaga.

“Lumayan tambah-tambah pemasukan modalnya pun cuma ban dalam,” imbuh Martha.

Yang lebih mengejutkan, ternyata ada juga jasa lain yang sama sekali tidak butuh modal material.

Adalah Yustina Tamo Inya, gadis cilik siswi kelas tiga SMPN 5 Kodi Utara yang setiap hari sepulang sekolah panen rupiah dari keahliannya memotret.

Jangan juga berpikir bahwa ia memiliki kamera yang bagus, atau sebuah handphone dengan fitur canggih.

“Saya tidak punya handphone apalagi kamera. Hanya diminta mengambil gambar dengan kamera handphone para turis,” sebutnya.

Hingga saat ini pun dalam aksinya mengais rupiah gadis cilik yang dijuluki Poni oleh para turis tidak menenteng apa-apa.

Ia memang sudah terkenal di lokasi itu dengan jasa sebagai juru potret handal, cukup insting jadi modal.

Di tengah riuh ramai pengunjung ia juga terlihat sibuk manakala ada yang membutuhkan jasanya.

Paling mujur sehari gadis cilik yang bercita-cita jadi fotografer ini bisa kantongi 100 ribu untuk dibawa pulang

“Saya bantu orang tua dan selebihnya ditabung untuk biaya sekolah,” katanya terus terang.

Keberadaan danau air laut yang sudah 11 tahun dibuka untuk area wisata umum memang belum menampakkan keberpihakannya pada geliat ekonomi kaum papa.

Dampaknya bagi warga Kodi Utara, bahkan masyarakat Desa Moro Manduyo sekalipun tempat dimana aset ini berada masih belum menggembirakan.

Tapi setidaknya dari aktivitas pariwisata ini, meski tidak seberapa masih ada asa yang bisa didaraskan.

Ada rezeki yang bisa dikais buat sekedar asap dapur mengepul, atau biaya untuk pendidikan Poni sang juru potret cilik bisa berjenjang tinggi menjadi fotografer. ( JIP/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *