TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Penanganan sampah di Desa Rada Mata, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten SBD mengalami kemajuan.
Pasalnya, urusan sampah di wilayah desa yang dipimpin Paulus Natara ini ditangani dengan TP3SR (Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle).
“Kebetulan kami mendapat bantuan alat pengolah sampah dari dinas lingkungan hidup,” ungkap Kepala Desa Rada Mata, Paulus Natara, Rabu (02/10/2024).
Bantuan peralatan olah sampah ini, sebut dia, sangat membantu dalam penanganan limbah plastik yang tidak mudah terurai secara alamiah.
Ide mengelola sampah anorganik dengan sistem daur ulang ini muncul di benak Kades Paulus Natara ketika sampah di desa tersebut jadi persoalan yang cukup pelik.
“Pertama, karena desa Rada Mata ada di jantung kota kabupaten, di pusat kota dengan jumlah penduduk yang begitu padat dan terus bertambah setiap waktu,” ujarnya.
Akibatnya banyak sampah berserakan, terutama di pinggiran jalan yang sangat mengganggu pemandangan dan membawa dampak negatif bagi kesehatan lingkungan.
Pemerintah desa kemudian berinisiatif mencari solusi dengan membuat proposal meminta bantuan alat pengolah sampah.
“Alhasil kami dibantu alat dan biaya operasional selama enam bulan,” terangnya lagi.
Untuk itu, setelah alat tersebut ada, pihaknya melakukan sosialisasi kepada warga desa tentang penanganan sampah anorganik.
“Kami imbau warga untuk mengumpulkan sampah plastik di rumah tangga masing-masing dan nanti ada petugas yang akan menjemputnya,” kata Paulus lebih lanjut.
Sampah anorganik terutama yang berbahan plastik ini ditangani dengan sistem reuse (menggunakan ulang), reduce (mengurangi), dan recycle (mendaur ulang).
Di desa dengan jumlah penduduk paling besar di SBD itu, sampah plastik ini didaur ulang menggunakan alat bantuan pemerintah tersebut,
“Kami daur ulang dan hasilnya akan dijual lagi ke pihak relasi yang sebelumnya sudah bersedia,” tuturnya lagi.
Namun hingga saat ini belum bisa dijual karena baru berjalan beberapa bulan dan kuota yang diminta belum terpenuhi.
Sementara sampah dedaunan dan limbah organik lain diolah menjadi pupuk yang kemudian dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian, terutama yang menopang ketahanan pangan.
Untuk pengolahan sampah organik pihaknya didampingi petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari dinas pertanian.
“Biar lebih komplit karena tidak saja urusan olah sampah organik tapi petugas juga mengajarkan tentang teknik penanaman dan terasering,” sebutnya pula.
Selama ini kegiatan oleh sampah organik sudah berjalan pada dua dusun yang juga telah ditunjang dengan sumur bor untuk mendukung budi daya hortikultura warga.
Di dusun I terdapat 15 kepala keluarga dan di dusun II ada 12 kepala keluarga yang aktif menekuni usaha holtikultura.
Kini, tidak saja holtikultura, namun juga telah bertambah lagi budi daya ikan lele yang memanfaatkan air dari sumur bor.
Selain menambah penghasilan, budi daya holtikultura dan ikan lele sungguh berdampak nyata terhadap situasi lingkungan.
“Kita sudah bisa minimalisir pengangguran dan aktivitas negatif anak muda yang sebelum itu kesehariannya dilalui tanpa kegiatan,” tandasnya. ( JIP/MS )





































