BORACAY-FILIPINA, MENARASUMBA.COM – Kendati jika dikomparasi keindahan alam di Sumba Barat Daya lebih memukau, namun kalah daya pikat dibanding salah satu area wisata di Filipina.
Pernyataan cukup mengejutkan ini diungkapkan Camat Loura, Yengo Tanda Kawi, SPd yang dihubungi menarasumba.com melalui handphone, Selasa (31/01/2023) petang.
Camat Yengo Tanda Kawi yang saat ini sedang menikmati tamasya di negeri tetangga Filipina, secara blak-blakan berkisah tentang keunggulan pengelolaan wisata di tanah kelahiran legenda tinju dunia, Manny Pacquiao tersebut.
Ia diperkenankan untuk cuti oleh pimpinan daerah usai melakukan tugas selama tiga hari di Bali. Wisata di Filipina pun ia lakukan juga dalam tempo tiga hari.
“Meski sesungguhnya lanskap alam Sumba jauh lebih menawan namun kita kalah dengan urusan pariwisata di negara Filipina. Manajemen wisata di sini sangat luar biasa,” akunya berterus terang.
Salah satu hal pokok pemicu majunya dunia rekreasi di negeri yang dijuluki mutiara laut orien ini adalah kebersihan area wisata.
Semua kawasan pariwisata seperti di Pantai Boracay yang dikunjunginya hari itu terlihat begitu asri dan apik karena tidak seorang pun berani buang sampah sembarangan,
“Tidak saja tertib dalam hal kelola sampah, merokok di lokasi wisata pun ditabukan. Ada tempat khusus untuk perokok dan jika kedapatan merokok sembarangan diganjar denda 15.000 peso atau 4,5 juta rupiah,” paparnya dari seberang telepon.
Hal menarik lain, tidak ada kutipan fee bagi turis yang hendak bersenang-senang. Masuk area wisata pun malah gratis, tidak sepeser pun biaya karcis dipungut.
Maka tidak heran apabila di lokasi wisata tidak ditemukan petugas loket yang duduk menunggu pengunjung untuk ditarik biaya karcis masuk.
Pemasukan bagi negara dan pendapatan untuk pengelola wisata maupun warga setempat didapat dari berbagai usaha jasa publik, seperti kuliner, traveller, tour guide, dan layanan lain.
Semua jasa ini dikenakan pajak oleh negara, dan ini yang jadi sumber devisa bagi keberlangsungan pembangunan di negeri lumbung padi itu.
“Tidak satu pun dari enam pantai yang kami kunjungi tadi memungut biaya masuk, karena memang tidak ada loket karcisnya. Tujuannya promosi semata untuk tunjang geliat usaha warga di area wisata,” ungkap Camat Yengo yang dikenal ceplas-ceplos ini.
Pihaknya berharap agar pola yang sama dilakukan pula di Sumba khususnya, atau Indonesia umumnya. Minimal, pariwisata dikembangkan agar bisa menghidupi rakyat yang ada di sebuah area wisata.
Manajemen pengelolaan yang baik dan perubahan karakter dalam menerima tamu akan jadi daya pikat yang memancing animo turis untuk berkunjung.
Jika tamu yang datang merasa dihargai dan senang dengan berbagai layanan yang bagus maka siapa pun pelancongnya akan enjoy untuk mampir.
“Kita harus punya konsep yang benar tentang pariwisata, ubah pola pikir, manajemennya bagus. Yang paling penting tidak boleh ada pungli, fee, atau berbagai kutipan ilegal lain,” tandasnya. ( JIP/MS )