Hukum

Tolak Autopsi, Keluarga Yulius Tena Bolo Nyatakan Kematian Korban Murni Kecelakaan Kerja

×

Tolak Autopsi, Keluarga Yulius Tena Bolo Nyatakan Kematian Korban Murni Kecelakaan Kerja

Share this article
Anggota Polres SBD sedang memasang garis polisi di TKP, Senin (29/07/2024). ( Foto Menara Sumba )

TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Keluarga almarhum Yulius Tena Bolo (25) korban yang ditemukan tewas di gudang semen Toko Yunior, Tambolaka pada Minggu (28/07/2024) menolak autopsi.

Pernyataan itu tertuang dalam surat yang ditandatangani Ledi Masa (74) orang tua kandung korban pada hari Minggu 28 Juli 2024.   

Penjelasan ini disampaikan Ingce Rosli, pemilik Toko Yunior saat dikonfirmasi awak media, Senin (29/07/2024) di gudang tempat peristiwa naas tersebut terjadi.

Ingce Rosli saat memberikan keterangan kepada awak media di gudang miliknya, Senin ( 29/07/2024 ). ( Foto Menara Sumba )

“Ayah kandung dan paman kandung korban sendiri yang menginisiasi serta menyatakan menerima peristiwa itu sebagai kecelakaan kerja,” jelas Ingce.

Selain pernyataan menolak autopsi, kata Ingce lebih lanjut, keluarga korban pun telah membuat pernyataan kesepakatan damai yang ditandatangani kedua belah pihak.

Kesepakatan damai ini ditandatangani Ledi Masa selaku pihak pertama dan Karel Sam sebagai pihak kedua dengan saksi Anton B. Pada, Lukas Kandi Baga, dan Albertus Hurint.

Sedangkan dari pihak pemerintah, Yustinus Bili Ngongo selaku Sekretaris Desa Mandungo, Kecamatan Wewewa Selatan turut membubuhkan tanda tangan dalam kesepakatan damai ini.

Pernyataan keluarga korban yang menolak dilakukannya autopsi terhadap jenazah. ( Foto Menara Sumba )

“Jadi itu tadi pagi saya antar (berita acara kesepakatan damai dan pernyataan menolak autopsi) di Mapolres untuk penuhi permintaan pihak polisi,” imbuhnya.

Dalam berita acara kesepakatan damai itu disebut pihak kedua menanggung segala biaya rumah sakit, termasuk peti jenazah dan pembuatan makam.

Pihak kedua juga menanggung seekor babi, sekarung beras dan air mineral serta seekor kerbau jantan besar untuk kebutuhan acara pemakaman korban.   

Ia mengisahkan, saat pertama kali mendapat laporan terkait peristiwa itu pihaknya langsung mendatangi gudang dan kemudian membawa korban ke Rumah Sakit Karitas, Weetebula.

Meski sudah dilaporkan juga ke pihak Polres SBD, namun tanpa menunggu kehadiran polisi di gudang korban langsung dilarikan ke rumah sakit dengan maksud agar bisa segera ditangani jika masih ada harapan untuk diselamatkan.

Sebelum korban dilarikan ke rumah sakit, Ingce sendiri yang mengunci gudang dengan maksud agar TKP tidak terganggu sebelum diselidiki polisi.

“Pak Wakapolres sendiri yang pimpin anggota polisi datang di toko karena gudang sudah terkunci. Setelah memeriksa gudang mereka langsung ke rumah sakit,” tutur Ingce.

Kedatangan anggota polisi yang dipimpin Wakapolres SBD, Kompol I Ketut Mastina ke TKP Senin (29/07/2024) siang itu adalah yang kedua kalinya memeriksa dan memasang garis polisi (police line).

Surat pernyataan damai yang antara keluarga korban dengan pemilik Toko Yunior yang disaksikan sejumlah pihak dan diketahui oleh pemerintah desa setempat. ( Foto Menara Sumba )

Namun belum sempat dikonfirmasi, Wakapolres dan timnya bergegas meninggalkan gudang karena terburu-buru menuju Desa Weekombaka, Kecamatan Wewewa Barat untuk mengamankan jenazah korban pembunuhan.

Dari penjelasan Ingce, korban hanyalah tenaga kerja paruh waktu bukan karyawan tetap Toko Yunior.

Sebelumnya korban pernah bekerja di toko tersebut, bahkan waktu masih sekolah sering datang membantu saat liburan.

Korban dan sejumlah rekannya sudah dianggap seperti keluarga sendiri, dan biasanya saat liburan mereka datang membantu untuk sekedar mengumpulkan biaya kebutuhan sekolah.

“Ya seperti kebanyakan anak sekolah kalau libur sempatkan waktu cari uang buku,” kisahnya.

Namun demikian sudah beberapa tahun setelah menamatkan sekolahnya, korban tidak pernah datang lagi karena merantau mencari kerja di luar pulau.

“Baru kali ini bersama rekan-rekannya datang lagi minta kerja di sini,” kata Ingce menambahkan.

Saat kejadian korban bersama tiga rekannya, Markus, Risal, dan Isto sedang memindahkan semen ke dalam truk untuk diangkut ke toko.

Namun naas tumpukan semen yang mencapai lebih dari 20 zak tersebut runtuh dan menimpa korban yang berada di bawah.

Saat tertimpa beratnya reruntuhan semen, korban pun terbanting ke lantai hingga kepalanya terbentur dengan keras.

Diduga akibat benturan di kepala inilah yang jadi penyebab nyawa korban tidak bisa diselamatkan.

“Saya pribadi sangat menyesali kejadian ini, apalagi korban sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga kami,” tandasnya.  ( JIP/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *