KODI UTARA, MENARASUMBA.COM – Sebuah pengakuan tentang Program Tujuh Jembatan Emas diungkapkan perwakilan orang tua komite SD dan SMP Iceya Ndaha, Aleks Rangga Pija, SH, MPd saat peresmian gedung dua sekolah tersebut.
Di hadapan Bupati SBD, dr. Kornelius Kodi Mete dan sejumlah pejabat serta tamu undangan lainnya pada Jumat (02/02/2024) tokoh pendidikan yang akrab disapa dengan inisial ARP ini menegaskan jika program unggulan paket KONTAK itu tidak gagal.
“Ada pihak yang klaim bahwa tujuh jembatan emas tidak ada. Kenapa saya sampaikan ini? Karena saya pelaku yang dulu mengampanyekan ini di mana-mana,” ujarnya.

Sejumlah pejabat yang hadir dan tertangkap kamera dari kiri ke kanan : Kepala Inspektorat Kabupaten SBD, Theofilus Natara, ST, Kepala Dinas PUPR Kabupaten SBD, Wilhelmus Woda Lado, ST, Ketua DPRD Kabupaten SBD, Rudolf Radu Holo, dan sejumlah pejabat lain. ( Foto Menara Sumba )
ARP mengatakan, mesti ada data sebagai parameter untuk mengukur tingkat keberhasilan sebuah program seperti tujuh jembatan emas.
Data itu tidak saja menyebut persentase capaian, namun juga seberapa besar hambatan yang terjadi selama masa pemerintahan itu berjalan.
“Apakah kita tidak akui bahwa COVID-19 menjadi hambatan besar bagi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan? Karena selama beberapa tahun anggaran difokuskan untuk penanganan wabah ini,” imbuhnya.
Karena itu dirinya tidak setuju jika ada yang memvonis bahwa program tujuh jembatan emas telah gagal, karena berbagai sarana pra sarana sudah dibangun pemerintah meski belum memenuhi harapan masyarakat.
“Saat melintas jalan tadi mobil bapak ibu mungkin tidak seperti dulu lagi, goyang inul darah tinggi karena sudah ada pembangunan beberapa ruas jalan yang dulu rusak parah,” kata ARP berseloroh.
Ia menyebut, program tujuh jembatan emas itu berjalan karena desa bercahaya jadi, air pun ada.
“Lalu apa yang tidak jalan? Akhlak manusianya yang tidak jalan, karena banyak yang sudah dibangun pemerintah dirusak,” tambahnya lagi.
Karena itu ia mengusulkan agar ditambah lagi satu program untuk melengkapi tujuh jembatan emas yang sudah ada.
Desa beriman disebut ARP jadi amunisi baru pelengkap program tujuh jembatan emas dimana berfokus pada pembangunan yang dimulai dari desa.
“Kenapa desa beriman? Supaya para kepala desa yang salah manfaatkan Dana Desa bisa bertobat, juga para kepala sekolah yang salah manfaatkan dana BOS juga bisa bertobat,” tuturnya lagi.
Banyak dana BOS tetapi mutu pendidikan selalu rendah, bahkan ada siswa yang masuk SMK namun belum bisa membaca.
“Dana BOS tiap tahun naik tapi kebodohan juga terus meningkat, dan itu yang menginspirasi saya juga Bapak Bupati membangun lembaga pendidikan terpadu ini supaya cukup kami yang mengalaminya,” pungkas ARP. ( JIP/MS )



















