TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Mahalnya harga tiket pesawat seperti yang dikeluhkan publik tidak hanya menimpa warga Pulau Sumba.
“Kondisi yang merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia ini dipicu oleh beberapa hal, dimana salah satunya jumlah pesawat yang berkurang,” sebut Kepala Bandar Udara Lede Kalumbang Tambolaka, Agus Priyatmono, ST, MM, Jumat (27/10/2023).
Pihaknya mengaku baru mengikuti rapat koordinasi (rakor) bandar udara pada wilayah kerja NTT dan NTB yang berlangsung di Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah IV Bali.
Dalam rapat itu juga banyak keluhan yang sama disampaikan terkait harga tiket pesawat yang melonjak drastis.
“Seluruh Indonesia masalahnya sama. Pertama, untuk biaya full surecash, diantara yang lain itu paling besar 35 persen. Kedua, saat ini untuk pesawat-pesawat yang beroperasi di Indonesia itu banyak yang rusak,” lanjutnya.
Ia mengatakan, salah satu penyebab pokok naiknya harga tiket adalah menyusutnya jumlah pesawat udara yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan di Indonesia.
Pasalnya, sejak wabah COVID-19 membuat seluruh maskapai hampir tidak beroperasi karena pemberlakuan lockdown yang membatasi mobilisasi manusia.
Akibatnya, pesawat pun harus parkir yang hingga saat ini banyak diantaranya belum bisa masuk ruang perawatan (maintenance) karena menunggu ketersediaan anggaran.
“Sampai dengan 23 Oktober 2023 kemarin tersisa dua buah pesawat yang dioperasikan NAM Air. Padahal maskapai ini memiliki 16 pesawat yang terdiri dari 11 Boeing 737-500 dan 5 peswat ATR,” terang Agus.
Demikian halnya dengan maskapai Garuda Indonesia yang tersisa 51 pesawat, Wings Air 43 pesawat, Trans Nusa 5 pesawat, dan sejumlah maskapai lain yang rata-rata telah berkurang jumlah armadanya.
Ia berharap dengan peningkatan landasan pacu bandara yang akan dikerjakan tahun depan ada maskapai dengan pesawat weight body yang tertarik untuk melayani rute Tambolaka, selain Boeing 737-500 milik milik NAM Air yang ada saat ini.
“Jika nanti ada lagi pesawat-pesawat yang di atasnya tiket bisa turun karena ada persaingan harga,” imbuhnya.
Di sisi lain, gejolak instabilitas keamanan dunia seperti perang Rusia-Ukraina dan konflik Israel-Palestina turut menyumbang andil karena harga minyak dunia naik serta nilai tukar dollar AS yang juga naik.
Akibatnya harga avtur terus naik, yang dengan sendirinya menyebabkan biaya operasional semua maskapai penerbangan harus dikatrol pula.
Saat ini, lanjut Agus, sedang dijajaki komunikasi dengan maskapai Air Asia dan Trans Nusa untuk membuka jalur penerbangan ke Bandar Udara Lede Kalumbang.
“Sudah komunikasi dengan sejumlah airline, salah satunya maskapai Trans Nusa yang kami minta agar membuka kembali rute penerbangan yang pernah dilayani kala itu,” tandasnya. ( JIP/MS )