Peternakan

Aroma Bangkai Babi Diduga Mati Akibat Virus ASF Kembali Menyengat Hidung di Kawasan Watukanggorok, SBD

×

Aroma Bangkai Babi Diduga Mati Akibat Virus ASF Kembali Menyengat Hidung di Kawasan Watukanggorok, SBD

Share this article

TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Serangan virus African Swine Fever (ASF) yang beberapa waktu lalu telah meluluhlantakkan usaha ternak babi dan kemudian mereda, kini muncul kembali.

Sinyal kehadiran virus ganas ini antara lain nampak dari aroma bangkai babi yang menyengat hidung di kawasan Watukanggorok, Kabupaten SBD.

Pantauan media ini sudah dua pekan jalur jalan di kawasan hutan lindung yang telah gundul dirambah manusia tersebut dipenuhi aroma tidak sedap.

Terakhir, pada Rabu (25/01/2023) nampak satu bangkai babi cukup besar teronggok pada tepi jalan yang juga bibir jurang di Watukanggorok.

Tidak tahan dengan bau busuk menyengat, niat awak media ini yang hendak mengambil gambar pun terpaksa diurungkan.

Sambil menutup hidung, salah seorang pengendara motor yang melintas terdengar mengeluarkan umpatan dalam bahasa Wewewa.

Nda lekkata mo wa pamillaka na ata a letto awa na wawi mate (semoga disambar petir orang yang sembarangan buang bangkai babi),” cacinya sembari menambah laju sepeda motor.

Sudah sejak lama kawasan ini jadi area buang sampah dan bangkai ternak, terlebih saat wabah virus ASF mengganas dimana sepanjang jalan dipenuhi aroma bau busuk yang sangat menyengat.

Secara terpisah, Ande, warga Kabali Dana, Wewewa Barat mengaku baru menguburkan seekor babi peliharaannya pada minggu lalu yang diduga mati akibat virus ASF.

Bahkan beberapa ekor babi milik kakaknya yang juga warga setempat sudah terlebih dahulu ludes terserang penyakit.

Ia juga mengaku belum melaporkan kejadian tersebut karena dirinya pun tidak tahu pihak mana yang mesti dihubungi.

Dua minggu sebelumnya, seekor babi jantan sedang milik Ande pun mengalami gejala kurang sehat.

“Namun beruntung saat itu ada yang datang menawar untuk keperluan konsumsi. Babinya laku terjual dengan harga lumayan,” akunya polos.

Ia berharap kondisi ini bisa segera diatasi oleh pihak berkompeten melalui tindakan nyata agar tidak terjadi lagi wabah ASF seperti saat lalu.

“Jangan sampai virusnya sudah merajalela baru ada aksi yang sama sekali tidak berfaedah lagi,” tambahnya.

Hal senada diungkapkan Hendrik, warga Wee Kambala, Kecamatan Loura yang dihubungi lewat handphone, Rabu (25/01/2023) siang.

Hendrik menandaskan, sudah ada beberapa ekor babi milik tetangganya yang mati dengan tanda-tanda terserang virus ASF seperti kali lalu.

Bahkan, sebut Hendrik, salah seorang saudaranya warga Waitabula baru kehilangan seekor babi bertaring yang juga diduga mati akibat virus ASF.

Hendrik menyebut, saudaranya tersebut amat terpukul karena beberapa hari sebelumnya sudah ada pihak yang datang menawar dengan harga di atas 20 juta rupiah.

Namun babi itu urung dijual karena belum ada kecocokan harga. Naasnya, justru beberapa hari setelah itu babi tersebut mati sia-sia.

“Kasihan benar, karena harga babi tersebut ditaksir sudah mencapai 30 juta,” tandas Hendrik.

Hingga berita ini ditayangkan, pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten SBD belum sempat dikonfirmasi.  ( TIM/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *