humanities

Setelah Rumah Layak Huni, Ada Sumur Bor dan Meteran Listrik untuk Mama Kinde

×

Setelah Rumah Layak Huni, Ada Sumur Bor dan Meteran Listrik untuk Mama Kinde

Share this article

BONDO BOGHILA, MENARASUMBA.COM – Misa pemberkatan rumah Mama Kinde, di Kaghona, Desa Bondo Boghila, Kecamatan Loura berlangsung dalam suasana haru dan penuh suka cita.

Misa yang dipimpin Romo Yustinus G. Kedi, Pr pada Jumat (17/05/2024) ini dihadiri Christofel Wungo bersama sejumlah relawan Gerakan Seribu Rupiah (Geser), Babinsa Koramil 1629-01/Laratama, Sertu Dominggus Ximenes dan tokoh agama setempat.  

Pada kesempatan itu, Christofel Wungo mengatakan, kegiatan amal ini akan berlanjut dengan target 1.000 warga tidak mampu yang dengan persoalan dan kesulitan sama.

Warga dan sejumlah relawan Gerakan Seribu (Geser) yang hadir dalam misa pemberkatan rumah Mama Kinde. ( Foto Menara Sumba )

“Kami sudah bicarakan hal ini dimana ada 1.000 lansia di SBD yang diupayakan mulai bulan depan akan disentuh agar terjamin harapan hidup mereka di hari tua,” ungkapnya.

Upaya ini juga merupakan bentuk dukungan kepada pemerintah untuk bersama-sama melihat keprihatinan yang ada di daerah ini.

“Bersama pemerintah kita bangun daerah karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa wilayah ini masih terbelakang dan sangat miskin,” kata Christofel lebih lanjut.

Sebagai putra daerah yang berada di luar ia merasa terpanggil karena prihatin dengan berbagai kondisi wilayah ini.

Mama Kinde duduk didampingi Romo Yustinus G. Kedi, Pr usai acara misa pemberkatan rumah. ( Foto Menara Sumba )

Tindak lanjut dari empati kepada Mama Kinde, Christofel memperjuangkan satu sumur bor dimana titik lokasinya berada tidak jauh dari pondok ibu lansia yang tinggal seorang diri di tengah padang ini.

“Nanti akan kita pasang juga satu meteran agar rumah ini teraliri listrik dan tidak gelap di malam hari,” imbuhnya.

Salah satu bakal calon bupati SBD ini menandaskan, dirinya memegang teguh prinsip ‘hidupmu untuk menghidupi orang lain’.

Dasar ajaran kristen yang diimani juga jadi penyemangat dalam upayanya membantu sesama.

“Saya juga tidak tahu apa rencana Tuhan menggerakkan hati saya untuk datang ke sini dari tempat yang sangat jauh, tapi yang penting bahwa kita terpanggil untuk berbuat sesuatu bagi masyarakat dan daerah ini,” katanya lebih lanjut.

Ia menyebut, masyarakat tidak butuh sesuatu yang muluk namun pada akhirnya sulit untuk dikerjakan.

Christofel Wungo sedang berbincang ketua stasi salah satu di salah satu kapela setempat yang juga akan dibantu 100 zak semen bagi pembangunan gereja di stasi itu. ( Foto Menara Sumba )

Baginya tidak soal jika harus dimulai dari hal paling kecil yang penting bermanfaat dan rakyat bisa langsung merasakan dampak dari kehadiran sesamanya yang berempati.

Membenahi persoalan masyarakat dan daerah yang demikian pelik, tidak bisa serta merta tuntas dalam waktu sekejap.

Butuh proses panjang dan upaya yang terus-menerus dilakukan dari jauh hari sebelumnya, tanpa henti dan tidak mengharap pamrih.

“Bukan karena ada kepentingan terus tiba-tiba berbuat baik, yang pada akhirnya membuat rakyat jadi bertanya ada apa ini?” tandas Christofel.  ( JIP/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *