TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Hari Jumat kini ditetapkan sebagai Hari Minum Kopi bagi Pemkab dan warga Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Ide yang dicetus Bupati Sumba Barat Daya, dr. Kornelius Kodi Mete ini sebagai salah satu upaya untuk mengatrol produktivitas kopi lokal yang saat ini mulai menggeliat.
“Ini juga untuk meningkatkan daya saing kopi asli dari daerah kita, sekaligus menjadi sarana promosi bagi publik yang belum mencicipi cita rasa kopi Sumba, khususnya Wewewa,” ungkap Kodi Mete, Sabtu (04/02/2023).
Ia menyebut, kopi jenis Robusta memiliki potensi dan prospek ekonomi menggembirakan yang diharap bisa meningkatkan income bagi petani kopi.
Tidak saja itu, dengan aroma dan cita rasa lokal yang khas, kopi ini mulai digandrungi dan sudah mendapat tempat tersendiri di kalangan komunitas penikmat kopi.
Karena itu, bupati menandaskan, akan memperkuat potensi tersebut lewat rencana strategis peningkatan produktivitas yang melibatkan berbagai sektor.
“Data hasil penelitian di Desa Laga Lete, Kecamatan Wewewa Barat menunjukkan bahwa 91 persen tanaman kopi petani sudah berusia di atas 20 tahun dengan produksi maksimal hanya 23, 70 persen saja,” ujarnya pula.
Dari jumlah pohon yang ada di kebun petani hanya 50 persen yang produktif. Sedangkan rata-rata di beberapa desa maupun kecamatan terdapat tanaman kopi kendati jumlahnya terbilang sedikit.
Karena itu pemerintah bertekad untuk terus meningkatkan kesejahteraan para petani kopi di wilayah ini, salah satunya dengan menaikkan angka konsumsi kopi.
“Sumba Barat Daya adalah daerah penghasil kopi robusta yang sudah jadi produk unggulan dan telah ditetapkan dalam indeks geografis setempat,” lanjutnya.
Inilah yang mendasari pemikiran ditetapkannya hari Jumat sebagai Hari Minum Kopi bagi seluruh kalangan yang ada di wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya.
Kopi sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam keseharian masyarakat dari berbagai latar belakang yang setiap saat meneguk kopi.
Segenap institusi pemerintah maupun swasta di wilayah ini telah diminta agar menyuguhkan kopi di kantor masing-masing pada setiap hari Jumat.
“Seluruh masyarakat juga diimbau agar meminum kopi dan menyajikannya kepada para tamu, dan tentunya harus kopi asli yang dihasilkan dari tanah Loda Wee Maringi Pada Wee Malala,” tandas bupati Kornelius.
Menurutnya lagi, dari aroma dan cita rasa, kopi asli daerah ini terbukti memiliki kekhasan tersendiri dan bersaing ketat dengan kopi dari daerah lain di Indonesia.
Kopi jenis Robusta dari daerah ini sudah mengikuti Lomba Uji Cita Rasa Spesiality dengan nilai 86,76 dimana kopi yang diproduksi salah satu UMKM di Desa Kadi Roma, Wewewa Tengah berlabel Aroma Kopi Sumba (AKS) menyabet posisi pertama.
Ia menandaskan, sinergitas diantara petani maupun pelaku bisnis yang menggeluti usaha berbahan baku kopi di semua wilayah harus diperkuat.
Hal ini penting dilakukan untuk menggapai prospek usaha yang kian membaik, tidak saja dari sisi kuantitas tapi juga kualitas produksi komoditi ini.
Usaha kopi juga tidak harus monoton untuk kepentingan konsumsi semata, namun mampu menjangkau bidang lain seperti sektor pariwisata.
“Agrowisata jadi alternatif pilihan yang tepat karena perkembangan potensi ini ke depan sangat menjanjikan. Orang bisa berwisata alam di kebun kopi lalu bersantai sambil meneguk kopi di alam bebas,” pungkas Ketua DPC PDIP Kabupaten SBD ini. ( JAP/MS )