Peternakan

772 Ekor Babi Mati di SBD, Bupati Keluarkan Instruksi untuk Pencegahan dan Pengendalian ASF

×

772 Ekor Babi Mati di SBD, Bupati Keluarkan Instruksi untuk Pencegahan dan Pengendalian ASF

Share this article

TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Hingga saat ini, jumlah babi yang mati di Kabupaten Sumba Barat Daya sudah mencapai 772 ekor.

Kendati belum bisa dipastikan penyebabnya, namun diduga kuat babi tersebut mati akibat terserang virus African Swine Fever (ASF) yang kembali mewabah di wilayah ini.

“Mulai Desember 2022 hingga Januari 2023 trend wabah ASF lagi naik dan berimbas pada jumlah ternak babi mati yang telah mencapai 772 ekor,” ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten SBD, Drs. Agustinus Pandak, Jumat (27/01/2023).

Dari ciri-ciri fisik babi yang telah mati tersebut, ungkap Agustinus, menampakkan tanda layaknya terserang virus ASF.

Sesuai data, jumlah babi mati terbanyak ada di wilayah Kecamatan Kota Tambolaka dan Kecamatan Wewewa Timur. Kondisi ini berbanding lurus dengan mobilitas ternak babi yang masuk keluar di wilayah tersebut.

Menyikapi situasi ini, pada tanggal 18 Januari 2023 telah dikeluarkan Surat Edaran Bupati SBD yang ditujukan kepada para camat, kepala desa, dan lurah tentang Pencegahan Penyebaran Penyakit Hewan Menular di Kabupaten SBD.

Bahkan, lanjutnya lagi, pada tanggal 26 Januari 2023 Bupati SBD telah mengeluarkan instruksi tentang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF di Kabupaten SBD.

“Tujuannya untuk mengurangi mewabahnya virus ASF dengan membatasi atau melarang masuknya ternak babi dari daerah yang tertular. Jika tidak, akan menimbulkan dampak kerugian ekonomi yang cukup besar,” papar Agustinus.

Pasalnya, setelah wabah ASF gelombang pertama dan kedua mereda, semangat masyarakat untuk beternak kembali pulih dan populasi ternak babi pun turut meningkat.

“Mewabahnya kembali ASF saat ini bisa menimbulkan trauma. Karena itu, kita terus melakukan pengawasan yang massif dan menyosialisasikan cara pencegahan ASF kepada masyarakat,” sambungnya.

Sampai dengan saat ini, belum ditemukan vaksin dan obat untuk mengatasi virus ASF. Satu-satunya upaya adalah bio security dan managemen pemeliharaan ternak yang baik.

“Kandang babi harus selalu bersih, pakannya pun berkualitas sehingga daya tahan tubuh ternak itu baik. Lalu ada juga pemberian vitamin dan obat-obatan,” imbuhnya pula.

Dengan kondisi cuaca saat ini dimana curah hujan tinggi menyebabkan virus ASF berkembang dan menyebar secara massif. Penyakit penyerta seperti hog cholera, cacingan, dan berkurangnya nafsu makan merupakan faktor lain yang patut diwaspadai.

Ia mengimbau jika ada ternak babi yang sakit secepatnya diisolasi dan kandangnya dibersihkan. Bangkai ternak yang mati wajib dikubur agar virusnya tidak menyebar.

“Kami juga sudah melakukan koordinasi antar instansi peternakan yang ada di Pulau Sumba agar pengendalian dan pengawasan dilakukan secara serentak dan kolaboratif,” tambahnya. ( JIP/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *