Politik

Hugo Rehi Kalembu, Jejak Politisi Senior Tanpa Jeda yang Kini Menapak Langkah Menuju Senayan

×

Hugo Rehi Kalembu, Jejak Politisi Senior Tanpa Jeda yang Kini Menapak Langkah Menuju Senayan

Share this article

TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Hingar-bingar politik menuju pemilu legislatif 2024 belum lagi memanas di bumi Loda Wee Maringi Pada Wee Malala, Sumba Barat Daya.

Beberapa politisi dengan partai masing-masing tengah merajut simpul dukungan, pun konstituennya belum mengkristal, masih jauh dari kohesivitas yang sering membumbungkan pekat asap perbedaan bahkan kadang memercikkan api perseteruan.   

Tidak terkecuali Partai Golkar, organisasi politik besutan punggawa orde baru yang hingga kini tetap langgeng di pentas kuasa negeri ini.

Partai berlambang beringin itu sedang giat mengonsolidasi kekuatan menghadapi pesta demokrasi lima tahunan yang sudah diagendakan pada Februari tahun depan.

Memanaskan mesin politiknya, Partai Golkar di SBD sudah mengawali derap dengan menggalang kekuatan organisasi sebagai patron memenangkan laga pemilu legislative dan pilpres, sekaligus pilkada bupati/wakil bupati dan gubernur/wakil gubernur di tahun politik 2024.

Adalah Drs. Hugo Rehi Kalembu, M.Si sosok panutan yang mau tidak mau harus diakui sebagai magnet perekat di tubuh beringin yang tengah merapatkan barisannya itu.        

Tidak bisa dipungkiri, politisi berlatarbelakang guru yang sudah 46 tahun meniti karier sebagai anggota legislatif tanpa jeda itu patut didaulat sebagai salah satu pentolan Partai Golkar tanah Flobamora.

Pembawaan yang kalem tidak grusa-grusu menjadikannya sebagai sosok politisi flamboyan lintas generasi dengan segudang pengalaman tertoreh.

Ketokohannya inilah yang kemudian mampu menyatukan kekuatan partai kuning tersebut menggalang simpati konstituen untuk bersama kekuatan Golkar mewujudkan cita-cita perjuangan di jalur politik.   

Ia teguh pada prinsip yang dijadikannya falsafah, perjalanan hidup itu seperti air biarkan mengalir kemana tujuannya.

Mungkin ada yang tidak tahu jika pria yang lahir di Kere Pengga, Kodi pada 13 Mei 1951 ini mengawali jejak di dunia politik sebagai kader banteng Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Pasalnya, sarjana bahasa alumni IKIP Sanata Dharma Yogyakarta tahun 1984 ini pernah menjabat sebagai bendahara DPC Partai Demokrasi Indonesia Sumba Barat di tahun 1976 sebelum hijrah ke Golkar pada tahun 1978.   

Kini, dinamika di tubuh Partai Golkar tidak lepas dari besutan tangan dingin Hugo yang sudah malang melintang menggawangi berbagai kebijakan politik negeri ini.

Ada harapan mengemuka terbersit dari sejumlah kalangan yang menghendakinya untuk tampil jadi kandidat memimpin Sumba Barat Daya kendati usianya sudah paruh baya.

Pemikiran ini mencuat setelah kondisi Loda Wee Maringi Pada Wee Malala tak jua menunjukkan perubahan menggembirakan meski sudah menapak usia 16 tahun berdaulat sebagai daerah otonom.

Namun siapa sangka justru salah satu pentolan yang menyutradarai pemekaran Sumba Barat menjadi tiga kabupaten ini tetap setia memilih jalur legislatif sebagai kanal untuk mengabdikan diri bagi rakyat.

Saya tahu kisah perjuangan pemekaran itu karena menjadi salah satu penyunting buku bertajuk “Pemekaran Sumba Barat dari Jules Verne ke Momentum Provinsi Pulau Bunga” yang ditulisnya dan diterbitkan oleh Yayasan Sabana pada tahun 2007.

Pembentukan kabupaten Sumba Barat Daya yang semula tidak teragenda dan dianggap “membonceng di tengah jalan” proses pemekaran kabupaten Sumba Tengah itu kemudian berjalan mulus karena kepiawaiannya menegosiasikan opsi pemekaran Sumba Barat menjadi tiga kabupaten di jalur diplomasi legislatif.

Lewat ruang diplomasi, Hugo Rehi Kalembu menyuplai amunisi negosiasi bagi perjuangan Drs. Lukas Dairo Bili, Soleman Tari Wungo, Daniel Kodu bersama barisan pejuang pemekaran Sumba Jaya di satu pihak dan tokoh penggagas Sumba Tengah yang dimotori Drs. Umbu Dedu Ngara, Umbu Ndena Bili, Stefanus Pamaratana , Adri Sabaora cs di pihak lain.

Perjuangan pemekaran yang dalam perjalanannya sudah mengalami “deadlock” itu pun berhasil dengan gemilang setelah menemukan “win-win solution” dan kemudian melahirkan dua saudara kembar Tana Waikanena Loku Waikalala – Loda Wee Maringi Pada Wee Malala dari satu rahim induk Pada Eweta Manda Elu.

Ini jadi salah satu capaian paling bersejarah sang Ketua Komisi III DPRD Provinsi NTT tersebut yang diperjuangkan lewat ruang diplomasi politik.

Masih banyak catatan perjuangan yang ditoreh mantan Wakil Ketua DPRD Sumba Barat periode 1999-2007 dan Ketua DPRD Sumba Barat Daya periode 2007-2009 tersebut yang terlalu panjang untuk dikisahkan di sini.

Hugo yang juga menjabat Ketua Fraksi Partai Golkar di DPRD NTT dan telah dua periode jadi anggota legislatif provinsi ini tengah menapak jejak setingkat lebih tinggi menuju kursi DPR RI di Senayan Jakarta.

Ia tidak berambisi tapi partai membutuhkannya dan menugaskan untuk bersuara membawa aspirasi rakyat di tingkat pusat.

Seperti falsasah yang teguh jadi prinsip hidupnya, biarlah semua mengalir seperti air, kini perjuangan itu tengah dirajut untuk bermuara dalam karya membawa aspirasi rakyat di Senayan. ( Julius Pira )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *