TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis pertalite yang dijual pedagang eceran tepi jalan di Sumba Barat Daya kian mencekik leher.
Pantauan media ini, sejak beberapa hari lalu hingga Rabu (20/12/2023) pertalite eceran pinggir jalan sudah dikurangi takarannya meski harganya tetap sama.
Jika sebelumnya untuk harga 20 ribu dijual dengan takaran penuh sebotol besar air mineral, kini sudah dikurangi hingga tersisa 3/4 botol.
“Cara pengecer menaikkan harga amat cerdik yang mana disiasati dengan mengurangi takaran hingga seperempat dari volume sebelumnya,” ujar Agus, warga Waimangura yang siang itu mengisi bensin eceran di Tambolaka.

Pengawas SPBU Sherin Indah, Taworara, Kristo Nani. ( Foto Menara Sumba )
Meski sangat dirugikan namun dirinya tidak punya pilihan karena stok pertalite yang tersedia di setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) selalu ludes dalam sekejap diborong habis para penimbun BBM subsidi yang saban hari berjejal di area SPBU.
“Kami rakyat kecil sudah tidak berdaya menghadapi situasi ini, karena pemerintah sendiri tidak berani ambil tindakan,” katanya lebih lanjut.
Hal senada diungkapkan Simon, warga Wee Londa. Ia mengaku sangat kesal dengan harga BBM subsidi yang seenaknya diatur oleh para pengecer.
Pihaknya menduga, ada konspirasi para penimbun BBM subsidi yang sengaja membuat seolah ada kelangkaan BBM sehingga harga pertalite dinaikkan dengan cara mengurangi takaran hingga seperempat.
“Pemerintah ada dimana ya? Kok membiarkan saja para mafia BBM subsidi makin merajalela mempersulit rakyat kecil yang sudah dihimpit berbagai persoalan hidup,” ucapnya lantang.
Sementara itu di SPBU yang dikelola UD Sherin Indah, Taworara, jalur pengisian BBM jenis pertalite dan pertamax terlihat sama-sama dikerubuti kendaraan.
“Kalau soal stok aman karena untuk SPBU ini kami dijatah kuota 16.000 liter setiap hari,” jelas Kristo Nani, pengawas SPBU Sherin Indah.
Namun sayangnya jumlah kuota yang demikian banyak selalu dikerubuti konsumen dan habis dalam waktu sekejap.
“Kami kesulitan menertibkan konsumen yang tiap hari membludak memadati SPBU saat pasokan pertalite disalurkan,” tuturnya lagi.
Kristo mengatakan, upaya penertiban sudah dilakukan beberapa waktu sebelumnya dimana melibatkan Tim Satgas Pemda dan sejumlah institusi pemerintah lainnya.
Namun rupanya upaya tersebut sama sekali tidak membuahkan hasil karena tidak lama berselang kondisi semrawut dengan antrean padat kembali terulang dan tidak bisa dikendalikan.
“Dengan jumlah personel sekuriti yang hanya tiga orang kami sendiri sudah kehabisan akal,” tandasnya. ( JIP/MS )
































