TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Sudah berbulan-bulan penyaluran BBM bersubsidi jenis pertalite dikuasai para tukang tap.
Bahkan, kelakuan penimbun BBM subsidi ini kian berani dan bertindak sesuka hati di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Kristo Nani, pengawas SPBU Sheryn Indah Wee Rena, Kota Tambolaka. ( Foto Menara Sumba )
Pantauan media ini, Rabu (08/01/2025) saat penyaluran pertalite di SPBU 54.872.04 UD Sheryn Indah, Wee Rena, Kota Tambolaka penuh sesak kendaraan roda empat dan roda dua.
Ratusan sepeda motor tak berbentuk yang kebanyakan bermerek Suzuki Thunder saling berebut mengisi pertalite.
Banyak diantara sepeda motor itu cuma bermodal rangka dan tangki yang digerakkan dengan cara didorong.
Sejumlah tukang tap yang juga terdiri dari wanita bahkan berbalik arah keluar dari pintu masuk usai mengisi BBM.
Setiap harinya ketika pengisian pertalite belum dilakukan, puluhan sepeda motor butut selalu terparkir di seberang jalan dekat SPBU.
Dikonfirmasi media ini, Rabu (08/01/2025) pengawas SPBU Sheryn Indah, Kristo Nani mengaku tidak berdaya menghadapi ulah para tukang tap tersebut.
“Akhir-akhir ini kami sebagai pengelola SPBU sudah kewalahan dengan ulah konsumen yang tidak lagi beretika,” akunya

Sepeda motor para tukang tap pertalite yang sengaja diparkir di SPBU Benita Rada Mata menanti dibukanya layanan pengisian. ( Foto Menara Sumba )
Persoalan klasik ini, sebut dia, tidak bisa diatasi meski tenaga sekuriti yang bertugas setiap hari berjumlah tiga orang.
Para tukang tap tersebut kian arogan dan tidak menganggap sama sekali teguran pihak sekuriti.
“Sesuai pengamatan kami jumlah pengepul BBM subsidi meningkat drastis, karena hampir semua beralih profesi jadi tukang tap pertalite,” beber Kristo.
Kendati pihaknya selalu mengimbau agar sepeda motor tidak normal jangan digunakan untuk mengisi BBM, sia-sia belaka
Situasi saat ini kelihatan sudah amburadul karena konsumen sendiri berani melawan dan bahkan beberapa kali terjadi insiden.
“Jujur saja kami sendiri tidak bisa antisipasi ini, butuh kerja sama dengan semua pihak terlebih aparat TNI-Polri dan Pemda SBD supaya kita bisa urai persoalan ini,” jelasnya lagi.
Disebutkan Kristo, untuk bulan Januari ini kuota pertalite dibatasi.
Dalam seminggu cuma sehari saja SPBU ini mendapat pasokan 16 ribu liter pertalite, dan selebihnya hanya dijatah 8 ribu liter.
Karena itu pihaknya mengantisipasi dengan memperbanyak pasokan BBM non subsidi jenis pertamax.
“Saat ini kami sangat kewalahan atasi kondisi yang semrawut dan butuh bantuan Pemda SBD seperti tahun sebelumnya,” tandas Kristo.
SPBU Dilempar
Kondisi yang sama juga terlihat di SPBU 54.872.02 Benita, Rada Mata, Kota Tambolaka.

Novi, pengawas SPBU Benita, Rada Mata, Kota Tambolaka. ( Foto Menara Sumba )
Pengakuan mengejutkan diungkap Novi, pengawas SPBU ini karena sering petugas dimaki dan diancam saat menegur tukang tap yang nekad mengisi BBM dengan sepeda motor tidak normal.
“Bahkan pernah juga SPBU kami dilempar saat malam hari sehingga kami jadi trauma,” tuturnya.
Mau bertindak tegas pihaknya khawatir akan bahaya ancaman.
Pengisian pertalite yang berjalan tertib hanya berlaku untuk kendaraan roda empat.
Untuk urusan ini petugas pengisi BBM dimudahkan karena pelayanannya menggunakan barcode.
“Kami hanya kesulitan tertibkan sepeda motor karena belum diberlakukan aturan barcode,” sebut Novi.
Karena itu, harapan satu-satunya adalah campur tangan pemerintah daerah dan aparat terkait untuk turun tangan
Ia mengaku, penertiban oleh pemda yang diinisiasi Bagian Ekonomi dan SDA Setda Kabupaten SBD tidak dilakukan lagi sejak November 2024 lalu.
“Semua tergantung pimpinan daerah kalau mau buka mata melihat kondisi ini pasti ada solusi,” pungkasnya. ( JIP/MS )












