TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Trend wabah virus ASF (African Swine Fever) yang dalam beberapa waktu lalu kembali meningkat dan menyebabkan banyak ternak babi mati, kini berangsur menurun.
Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten SBD, Drs. Agustinus Pandak saat ditemui media ini, Jumat (10/03/2023) di ruang kerjanya.
“Secara keseluruhan untuk wilayah NTT maupun secara khusus di kabupaten SBD ada trend penurunan wabah ASF,” sebutnya.
Ditandaskan Kadis Agustinus, menurunnya serangan wabah ASF ini antara lain disebabkan oleh adanya pembatasan ternak yang masuk dari luar wilayah SBD.
Hal lain yang turut mendukung terciptanya kondisi ini adalah kesadaran masyarakat yang juga makin baik dalam melakukan upaya proteksi terhadap ternak peliharaan khususnya babi.
“Dengan upaya edukasi yang terus kita lakukan, masyarakat pun kian sadar bahwa sebagai pelaku pembangunan peternakan usahanya jangan jadi korban ASF dan juga tidak boleh jadi biang penyebar virus tersebut,” ujarnya lebih lanjut.
Kesadaran untuk tidak menjadi biang penyebar virus ASF ini amat penting disadari oleh masyarakat peternak. Karena itu, jika ada ternak yang mati jangan dibuang sembarangan agar penyebaran ASF tidak semakin luas.
Dalam pantauan pihaknya, sampai dengan awal Maret 2023 ini trend itu kian menurun sehingga menciptakan suasana yang juga makin membaik dalam upaya membangkitkan kembali usaha ternak rakyat.
Kondisi iklim saat ini dimana hampir memasuki musim kemarau juga berpengaruh besar terhadap menurunnya penyebaran wabah tersebut karena kelembaban cuaca yang juga makin berkurang.
“Kita berharap dengan kondisi iklim saat ini akan terus membantu upaya penanganan ASF sehingga penyebaran wabah ini bisa dikendalikan,” tandas Kadis Agustinus.
Diharapkan ketika memasuki bulan April hingga seterusnya wabah ASF bisa menurun hingga titik terendah.
“Harapan yang sama kiranya dalam waktu dekat ada penemuan vaksin dan kalau boleh obat sehingga virusnya akan tertangani dengan lebih baik,” sambungnya.
Pada bagian ia menerangkan, penyebab lain dari matinya ternak babi tidak semata akibat virus ASF, tetapi bisa juga oleh penyakit lain seperti cacingan, hog cholera biasa, atau penyakit penyerta lainnya.
Karena itu, jika terjadi kematian ternak yang banyak di masing-masing wilayah, mungkin pula disebabkan oleh adanya penyakit penyerta lain tersebut.
“Karena itu butuh upaya bersama dari semua pihak termasuk unsur pers untuk terus mengedukasi masyarakat agar pengetahuan dan kecerdasannya semakin baik,” pungkas Agustinus. (JAP/MS)