TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Rekan kerja Frengky Yeskiel Sanam, sopir PT Centra Utama Electrik yang jadi korban pembunuhan orang tidak dikenal di kintal SD Inpres Waimboro, Wailabubur, Kodi Utara pada Sabtu (30/09/2023) lalu memutuskan untuk pulang kampung halaman.
“Kami semua mengalami trauma atas kejadian itu dan bersepakat untuk pulang kampung halaman,” kata Festi salah seorang rekan korban, Senin (02/10/2023) di Mapolres SBD.
Sedangkan urusan pemasangan jaringan listrik terpaksa dihentikan karena tidak ada lagi pekerja yang berniat melanjutkan pekerjaan tersebut.
Mobil pick up milik PT Centra Utama Electrik yang selama ini dikemudikan korban. ( Foto. Menara Sumba )
Apalagi hingga saat ini belum diketahui siapa pelaku pembunuhan keji itu karena masih dalam penyelidikan pihak polisi.
“Padahal, selama kurang-lebih dua minggu jaringan yang terpasang sudah melintas sepanjang satu kilometer,” tuturnya.
Dikatakannya, dalam aktivitas sehari-hari seluruh pekerja hanya fokus menyelesaikan pemancangan tiang listrik dan pemasangan jaringan biar segera tuntas.
Karena disibukkan dengan penyelesaian pekerjaan, interaksi dengan warga setempat pun tidak sempat dilakukan.
“Rutinitas kami setelah sarapan pagi bekerja, makan siang dan istirahat sebentar lalu lanjut pekerjaan hingga sore kemudian mandi dan siap untuk istirahat malam,” jelas Festi lagi.
Bahkan, kepala desa Wailabubur sendiri melarang warganya berkunjung ke base camp maupun bersilahturahmi agar tidak mengganggu aktivitas dan waktu istirahat para pekerja.
Beberapa dari barang-barang milik korban berupa dompet, KTP, SIM A, ATM, dan handphone. ( Foto. Menara Sumba )
Karena itu pihaknya sangat terpukul atas kejadian tragis yang menimpa salah seorang rekan kerjanya tersebut.
Trauma mendalam juga terlihat di wajah Erwin Nuban, saksi mata yang pertama kali melihat korban tewas bersimbah darah.
Kepada media ini Erwin berkisah, saat itu kurang lebih pukul 16.00 wita dirinya sedang makan keladi dan berniat hendak minum air di base camp.
Saat melintas untuk minum air ia melihat seseorang sedang memegang parang dan kemudian pria misterius itu berkelebat dengan cepat meninggalkan korban yang sudah bersimbah darah tidak bernyawa.
Erwin Nuban, saksi mata yang pertama kali mengetahui korban tewas dan sempat melihat pelaku pembunuhan menenteng parang di tempat kejadian. ( Foto. Menara Sumba )
“Begitu saya melihatnya dari kejauhan pelaku sudah balik belakang dan lari meninggalkan tempat itu,” papar Erwin.
Dari jarak pandangnya, ia melihat darah mengalir di lantai teras sekolah dimana korban sudah tergeletak tidak bernyawa.
Erwin kemudian berteriak memanggil pekerja lain yang kemudian bergegas menuju lokasi kejadian.
Namun ketika mengetahui bahwa korban sudah tidak bernyawa karena dibunuh, para pekerja yang berdatangan tidak berani mendekati tempat dimana korban tergeletak.
“Kami hanya melihat dari jauh sambil menanti polisi yang sudah dihubungi agar datang di lokasi kejadian untuk memeriksa TKP ,” ungkapnya.
Akibat trauma yang begitu mencekam dirinya, Erwin tidak berani melihat jasad korban dari dekat.
Usai memberikan keterangan dan memberitahukan niat untuk pulang kampung halaman kepada pihak polisi, seluruh pekerja akan segera berangkat ke Kupang dan selanjutnya menuju TTS.
“Saya trauma sekali dan tidak mau lagi datang di Sumba,” tandas Erwin. ( TIM/MS )