WAINGAPU, MENARASUMBA.COM – Sejak bulan April 2025 hingga saat ini wilayah Sumba masih berada pada periode musim kemarau.
Berdasarkan penjelasan dari Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang, prakiraan awal musim hujan 2024/2025 yang diprediksi tersebut sebagian besarnya akan sama dan lebih cepat (maju) jika dibandingkan terhadap normal atau rata-ratanya, dengan puncak musim diprediksi umumnya terjadi pada bulan Januari dan Februari 2025.
Hal tersebut disampaikan Kepala Stasiun Meteorologi Umbu Mehang Kunda, Waingapu, Carles A. Tari, Rabu (23/10/2024).

“Monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) sampai 20 Oktober 2024 terpantau Provinsi NTT pada umumnya mengalami HTH dengan kategori panjang (21-30 HTH),” jelasnya.
Namun demikian , kata Carles lebih lanjut, di wilayah Sumba terdapat beberapa daerah yang mengalami HTH kategori ekstrim panjang (>60 HTH) yaitu wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya (Tambolaka) 109 HTH dan Kabupatem Sumba Barat (Kabukarudi) 82 HTH.
“Menurut analisis Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Umbu Mehang Kunda, secara umum kondisi cuaca yang terpantau hingga hari ini tanggal 23 Oktober 2024 dipengaruhi oleh beberapa faktor,” sebut Carles.
Pertama, gerak semu matahari saat ini menuju wilayah Belahan Bumi Selatan (BBS), dimana dapat meningkatkan suhu udara permukaan dan suhu muka laut.
Peningkatan suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Pulau Sumba umumnya berkisar antara, 29.0°C s/d 30.0°C dengan anomali suhu muka lautnya berkisar antara +0.0°C s/d +2.0°C (cukup hangat) sehingga dapat berkontribusi terhadap proses penguapan (penambahan massa uap air di atmosfer) dan pembentukan awan.
Kedua, kelembaban udara pada ketinggian atmosfer 1600 s/d 10000 meter di atas permukaan laut (dpl) juga sangat lembab, dimana kondisinya berkisar antara 70 persen sampai dengan 90 persen.
Ketiga, pola angin saat ini umumnya berhembus dari Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan angin maksimum berkisar antara 20 hingga 32 km per jam.
Keempat, Madden Julian Oscillation (MJO) merupakan aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik melewati Indonesia yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.
Dan saat ini MJO berada pada Kuadran 5 (wilayah maritim Indonesia) sehingga memberi kontribusi terhadap pembentukan awan konvektif (awan hujan).
“Kelima, faktor lokal seperti angin laut – angin darat dan kontur wilayah sumba yang umumnya perbukitan juga memberikan kontribusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan awan konvektif di wilayah Sumba,” terangnya.
Faktor – faktor di atas memberikan kontribusi terhadap pembentukan awan-awan konvektif yang terjadi beberapa hari belakangan ini, dimana terdapat beberapa wilayah yang mengalami hujan intensitas ringan hingga sedang namun bersifat lokal, seperti yang terjadi di wilayah Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Sumba Timur bagian barat dan tengah.
“Informasi peringatan dini cuaca selalu diupdate oleh Stasiun Meteorologi Umbu Mehang Kunda melalui grup Whatsapp kepada stakeholder terkait dan masyarakat,” tandasnya.
Untuk informasi prakiraan cuaca terupdate bisa langsung melalui Whatsapp (081353160065), Instagram_@bmkgsumba, Facebook_Stasiun Meteorologi Umk Waingapu, dan/atau unduh aplikasi INFO BMKG di appstore dan playstore. ( ATM/MS )





































