TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Tahapan pilkada yang sudah dimulai di kabupaten SBD akan banyak diwarnai beragam fenomena.
Hal ini dikatakan Aleks Rangga Pija, salah satu kontestan pilkada yang sudah tersingkir sebelum bertanding karena tidak mendapat dukungan partai pengusung.
Kepada sejumlah awak media yang menyambangi kediamannya, Kamis (05/09/2024) ia mensinyalir jika saat ini banyak terjadi adu domba dan sabotase di kalangan masyarakat sipil juga non-sipil di SBD.
“Saya pastikan itu, adu domba, sabotase, atau apa pun namanya, itu saya lihat adalah untuk kepentingan oknum tertentu saja,” bebernya.
Jika hal ini terus dibiarkan akan berdampak negatif bagi kehidupan berdemokrasi di SBD.
Meski demikian, Kepala SMK Pancasila Tambolaka ini tetap optimis dan berharap pelaksanaan pilkada berjalan damai dan sejuk.
“Kita rindu pilkada yang aman tidak ricuh seperti tahun 2013 lalu. Biarkan demokrasi ini berproses secara wajar dan orang bebas tentukan pilihan tanpa ada tekanan” katanya lagi.
Tanpa tedeng aling-aling sosok yang akrab dipanggil ARP ini menyebut ada sejumlah oknum baik swasta maupun ASN ramai-ramai mencari muka agar diberi jatah proyek maupun jabatan.
“Tapi kita akan buktikan mulai tanggal 8 September 2024 sampai dengan tanggal 27 November 2024 nanti apakah oknum-oknum tersebut masih tetap setia,” sebutnya.
Fenomena bermain dua kaki-dua kepala yang dilakoni sejumlah oknum tersebut, ujar Aleks, sudah mulai terlihat sejak saat ini.
Ada yang mengaku sebagai ring satu pendukung kubu salah satu paslon, namun di lain pihak justru bermain mata dengan tim pendukung paslon lain.
“Saya katakan dua kaki-dua kepala, karena mengaku ring satu agar bisa dapat jabatan tapi beri proyek kepada pihak lawan. Jadi siapa yang sifat tidak baik dan pengkhianat?” tanya Aleks.
Dirinya tidak segan membeberkan hal ini sebagai bentuk imbauan agar oknum-oknum dimaksud menghentikan aksinya dan bertobat.
Menurutnya, tidak ada yang tabu dibuka ke ruang publik jika itu demi kebaikan pelayanan terhadap masyarakat, asal bukan sesuatu yang berdasar pada fitnah belaka.
Aleks menyebut, dirinya terus memantau fenomena yang selalu berkembang selama masa tahapan pilkada, terlebih sejak tanggal 8 September 2024 hingga puncak pilkada pada tanggal 27 November 2024.
“Nanti kita lihat, tanggal 27 November 2024 yang akan membuktikan semua fenomena ini,” tandasnya. ( JIP/MS )