Ekonomi

Di Tengah Kondisi Iklim yang Tidak Menentu Harga Beras Kembali Meroket

×

Di Tengah Kondisi Iklim yang Tidak Menentu Harga Beras Kembali Meroket

Share this article

TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Harga beras di wilayah kabupaten SBD kembali meroket di tengah kondisi iklim yang tidak menentu.

Pantuan media ini, sejak Senin (12/02/2024) stok beras di sejumlah pedagang eceran di Tambolaka mulai menipis bahkan kosong.

“Stok beras baru saja habis tadi,” tutur Yoyo, pengecer beras asal Sumbawa yang membuka usaha di Kelurahan Waitabula pada Senin petang.

Foto kondisi di kios milik Yoyo saat harga beras pertama kali naik pada September 2023 lalu dari 12 ribu per kilogram menjadi 14 ribu hingga 15 ribu per kilogram. ( Foto Menara Sumba )

Ia mengatakan, pasokan beras yang sebelumnya lancar didatangkan dari luar pulau belum juga tiba.

Saat ditanya apakah ini pertanda harga beras akan naik, Yoyo hanya menggeleng dan menjawab singkat bahwa dirinya kurang tahu hal itu.

Penelusuran media ini kemudian dilanjutkan di Waimangura, Wewewa Barat dan mendapati pada salah satu kios sembako lainnya di situ jika harga beras memang sudah dinaikkan sore itu.

Beras dengan kualitas paling rendah yang biasanya dijual dengan harga 14 ribu per kilogram sudah dipatok jadi  15 ribu per kilogram.

“Harganya baru naik hari ini,” jelas pemilik kios sembako asal NTB ini.

Menurut dia, sebagai pengecer pihaknya hanya mengikuti fluktuasi harga pasar saat ini yang berlaku umum dan ditentukan oleh pemasok beras dari luar pulau.

Namun tidak berselang lama, pada Rabu (14/02/2024) kemarin harga beras di kios tersebut sudah naik lagi menjadi 16 ribu per kilogram.

Margareta Bela Kamba, warga Desa Pero, Kecamatan Wewewa Barat yang merasa semakin kesulitan akibat naiknya harga kebutuhan pokok seperti beras secara beruntun. ( Foto Menara Sumba )

Harga terendah ini pun berlaku umum di seluruh pengecer beras, yang sebelumnya masih menjualnya dengan harga 15 ribu per kilogram.

“Kita hanya ikuti harga di pasaran umum saja, itu pun untungnya sedikit sekali hampir tidak ada,” sebut Ande, pemilik kios kelontong di Kabali Dana, Wewewa Barat.

Naiknya harga beras yang terjadi hanya dalam hitungan hari ini membuat warga makin dihimpit kesulitan  beban hidup.

Namun beruntung sebagian besar petani di Wewewa Barat sudah memasuki masa panen jagung.

Meski hasil panen kali ini kurang menggembirakan namun setidaknya telah membantu ketersediaan pangan rumah tangga.

“Lumayan, di saat harga beras naik drastis kita bisa siasati kebutuhan makan sehari-hari dengan mengonsumsi beras jagung dicampur beras padi,” ungkap Margareta Bela Kamba, warga Desa Pero, Wewewa Barat kepada media ini, Kamis (15/02/2024).

Janda paruh baya ini berharap pemerintah bisa mengendalikan harga beras yang semakin tidak terjangkau kantong rakyat kecil.

Pasalnya, tidak saja harga beras yang terus merangkak naik, namun kebutuhan pokok lain pun perlahan ikut naik sehingga biaya hidup sehari-hari makin sulit.

“Mudah-mudahan pemerintah bisa tanggap dengan kondisi yang kami alami saat ini,” tandasnya.  ( JIP/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *