Peternakan

Kades Tema Tana Sebut, Pemerintah Sengaja Biarkan Bisnis Babi Miring Merajalela

×

Kades Tema Tana Sebut, Pemerintah Sengaja Biarkan Bisnis Babi Miring Merajalela

Share this article

WEWEWA TIMUR, MENARASUMBA.COM – Maraknya jual beli babi miring di saat wabah penyakit melanda seantero wilayah Sumba membuat sejumlah pihak kesal.

Salah satunya diungkapkan Kepala Desa Tema Tana, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten SBD, Musa Umbu Togola.

Kepada media ini, Sabtu (06/04/2024) Kades Musa Umbu Togola mengaku kesal dengan sikap diam yang diperlihatkan instansi berwenang pemerintah. 

Sampai tadi tadi malam ini kan berapa masyarakat yang mengeluh lagi masalah virus,” ungkapnya terus terang.

Dikatakannya, saat ini trend usaha ternak babi masyarakat tidak lagi bertujuan untuk modal sosial namun sudah murni berorientasi bisnis.

“Bukan lagi cari nama tapi untuk kebutuhan hidup dan biaya anaknya yang sekolah,” tutur Musa.

Hal paling nyata dari adanya pembiaran ini sebutnya lagi, kian maraknya usaha jual ternak babi di sepanjang jalan protokol yang memanfaatkan pekarangan rumah warga.

Pihaknya sudah melakukan investigasi diam-diam dan mendapati jika usaha jual babi pinggir jalan ini sudah mengantongi izin dari instansi pemerintah kabupaten yang berwenang.

“Saya cek jual babi ini terus ada izin dari dinas peternakan. Siapa yang kasih keluar itu izin (kalau) bukan dinas peternakan?” timpalnya.

Dirinya menandaskan, dinas peternakan kabupaten harus bertanggungjawab atas merajalelanya bisnis babi miring yang diawali dengan jual beli ternak pinggir jalan itu.

Jika dinas peternakan tegas dan tidak izinkan siapa pun memperdagangkan babi atau ternak lain di sembarang tempat, maka tidak mungkin wabah virus kembali merajalela.

“Saya boleh ngotot tertibkan, ujung-ujung ada izin dari peternakan. Ini saya punya warga yang juga anggota BPD salah satu yang jual beli (babi) dari Kupang masuk Sumba,” akunya lagi.

Ia menyayangkan mubazirnya pasar hewan yang telah dibangun pemerintah dengan anggaran tidak sedikit, namun sama sekali belum dimanfaatkan.

“Terus lepas orang buka kandang jualan kapan dan dimana yang dia mau buat meski itu di tengah-tengah jalan negara pun pemerintah tidak buka mata juga,” ucap Musa kecewa.

Hingga saat ini, dalam kurun satu minggu saja, dari laporan warga yang diterimanya terdapat 20 lebih ekor babi yang mati akibat virus yang kembali mewabah.

Babi yang mati ini, kata dia, harganya sudah berkisar 3 sampai 4 juta hingga ada yang mencapai di atas 20 juta.

Termasuk satu ekor babi perpuluhan saya seharga 16 juta, karena belum laku masih di tangan pengurus gereja. Belum sempat ditawar orang babinya sudah mati,” terangnya pula.

Kades Musa menyebut, virus yang diperkirakan adalah ASF ini kembali mengganas pada akhir bulan Maret lalu.

Nasib naas dialami salah satu warganya yang harus menelan pil pahit karena beberapa ekor babi yang hendak dijual untuk biaya kuliah dan wisuda anak ludes terserang penyakit.

“Mati semua sampai dia menangis dan mengeluh di saya. Karena iba saya bantu carikan pinjaman agar pendidikan anaknya tidak terkendala,” kisahnya menutup pembicaraan.  ( JIP/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *