Ekonomi

Kendati Harga Pertamax Turun, SPBU Sheryn Indah tetap Diserbu Konsumen

×

Kendati Harga Pertamax Turun, SPBU Sheryn Indah tetap Diserbu Konsumen

Share this article
Jejeran sepeda motor yang diduga milik para penimbun BBM subsidi jenis pertalite setiap hari antre berdesakan menanti pengisian di SPBU Sheryn Indah, Tawo Rara. ( Foto Menara Sumba )

TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Harga BBM jenis pertamax mulai turun per 1 September 2024 dari sebelumnya 13.200 per liter menjadi 12.950 per liter.

Kendati demikian, salah satu SPBU milik grup Bumi Indah yang dikelola UD Sheryn Indah di Tawo Rara, Kota Tambolaka tetap diserbu konsumen yang hendak membeli BBM jenis pertalite.

Menurut pengawas SPBU Sheryn Indah, Tawo Rara, Kristo Nani yang dikonfirmasi, Minggu (01/09/2024), jatah BBM subsidi jenis pertalite dan bio solar tetap stabil.

Pengawas SPBU Sheryn Indah, Tawo Rara, Kristo Nani. ( Foto Menara Sumba )

“Persoalannya, SPBU Benita di Rada Mata sudah tidak lagi menjual pertalite dan bio solar sejak dua minggu lalu,” ungkap Kristo.

Akibatnya, lanjut dia lagi, SPBU Sheryn Indah yang jadi sasaran dan kerepotan diserbu konsumen.

Padahal, jika saja stok pertalite dan bio solar di SPBU Benita milik PT Samudera Harapan tersebut masih tersedia antrean kendaraan bisa terurai, tidak menumpuk di Tawo Rara.  

Pernyataan tersebut selaras dengan kondisi yang terlihat di area SPBU itu dimana antrean kendaraan roda dua, roda empat, hingga roda enam berjejer  di sepanjang tepi jalan.

Turunnya harga BBM jenis pertamax dengan stok yang selalu tersedia ini sedikit menghibur pengguna kendaraan roda dua dan roda empat yang selama ini kewalahan tidak kebagian jatah pertalite.

Antrean kendaraan roda empat dan roda enam yang hendak mengisi BBM jenis bio solar di SPBU Sheryn Indah, Tawo Rara berjejer dari depan Kantor DPD Partai Nasdem Kabupaten SBD. ( Foto Menara Sumba )

Pasalnya, BBM jenis pertalite lebih banyak dinikmati para penimbun BBM subsidi tersebut untuk dijual kembali dengan harga berlipat ganda.

Pantauan media ini, setiap hari terlihat banyak oknum penimbun BBM subsidi menenteng sejumlah jerigen dengan kapasitas 40 liter yang penuh berisi pertalite hasil “tap” di SPBU.

Kondisi ini terus saja berlangsung setiap hari tanpa bisa ditertibkan oleh pihak berwenang.

Secara terpisah, Hans yang berprofesi sebagai karyawan swasta mengaku lega karena meski sulit mendapatkan pertalite di SPBU namun stok pertamax tetap stabil dan turun harga.

“Daripada isi bensin eceran dengan harga 30.000 satu botol air mineral ukuran 1,6 liter, mending isi pertamax dua liter dengan harga 25.900, masih hemat 11.600,” ungkapnya.

Pemandangan pada salah satu SPBU di kawasan Lede Giring, Tambolaka diserbu kendaraan yang diduga digunakan para penimbun BBM subsidi untuk mengisi pertalite. ( Foto Menara Sumba )

Hal senada dikatakan Ande, ASN yang berdinas pada salah satu instansi Pemkab SBD di Puspem Kadula.

Beberapa waktu sebelumnya, ia kewalahan saat pasokan BBM jenis pertamax tidak tersedia di SPBU.

“Saya terpaksa beli di pinggir jalan seharga 10.000 dengan takaran yang sudah hampir mendekati dasar botol,” akunya.

Pada saat itu ia benar-benar harus berhemat karena harga bensin eceran pinggir jalan yang tiba-tiba melambung tinggi di luar batas wajar

Sejak saat itu, katanya pula, harga bensin eceran yang dinaikkan berkali lipat oleh para penimbun BBM subsidi ini tidak pernah turun lagi.

“Sebagai pegawai kecil berpenghasilan rendah saya bersyukur hari ini harga pertamax kembali turun dan juga stoknya aman tersedia di SPBU,” tandasnya.   ( JIP/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *