Feature

Marten, Penjaja Kelapa Muda yang Tidak Patah Arang Meski Pernah Ditipu dan Kehilangan Sebuah Pick up

×

Marten, Penjaja Kelapa Muda yang Tidak Patah Arang Meski Pernah Ditipu dan Kehilangan Sebuah Pick up

Share this article

TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Kebanyakan orang putus asa ketika menghadapi masalah dan bangkrut dalam usaha.

Apalagi jika harus menanggung rugi besar lantaran tertipu teman sendiri.

Namun tidaklah demikian bagi Marten, warga Pelli, Desa Mata Pyawu, Kecamatan Wewewa Timur, SBD yang tetap optimis saat menghadapi kenyataan pahit dalam hidup.

Penjaja kelapa muda yang setiap hari mangkal di pinggiran jalan tak jauh dari Kantor Bank NTT Cabang Tambolaka ini pernah mengalami kisah teramat getir.

Belasan tahun ia banting tulang mengais rezeki pada salah satu kota di Pulau Sumbawa, NTB, memboyong keluarganya tinggal di negeri penghasil susu kuda liar ini.

Dari penghasilan yang disisihkan, ia lalu nekad mengkredit sebuah mobil pick up untuk mobilisasi usaha keliling.

Sayang Marten harus menelan pil pahit tatkala mobil pick up itu berpindah tangan tanpa sepengetahuannya.

Suatu ketika ia mendadak harus pulang kampung karena urusan penting keluarga dan menitipkan mobil kepada rekan kepercayaannya.

“Sekembali dari kampung saya kaget karena mobil itu sudah dikuasai orang lain,” kisah Marten, Senin (30/12/2024).

Bagai disambar petir ia terhenyak ketika mengetahui mobil itu telah digadai seharga 32 juta.

Saat itu dunia serasa kiamat, ia kalut dan sempat frustasi selama beberapa waktu.

Marten mendapati kenyataan, karibnya sendiri justru jadi musuh dalam selimut, menikam dari belakang, menggunting dalam lipatan.

“Saya dan istri kemudian bermufakat untuk angkat koper pulang kampung,” tuturnya lagi.

Dalam benaknya berkata, jika di negeri rantau ia bisa cari uang lalu kenapa tidak kais rezeki di negeri sendiri?

Insting Bisnis yang Jeli

Tanpa menunggu lama, sekembalinya di kampung pada tahun 2023 lalu ia putuskan membuka lembaran baru dan memulai usaha.

Naluri bisnis yang jeli menuntunnya untuk membuka usaha jualan air kelapa muda.

“Feeling saya pasti laku karena suhu di kota Tambolaka panas dan peluang untuk jualan air kelapa muda sangat menjanjikan,” sebutnya.

Ia juga berhitung harga buah kelapa muda yang murah meriah sehingga profitnya pasti lumayan.

Untuk mendukung mobilisasi usahanya, lagi-lagi ia tidak kapok mengkredit sebuah mobil pick up.

“Karena saya harus masuk keluar kampung beli bahan baku kelapa muda langsung di kebun. Berapa tahan harus sewa kendaraan,” timpalnya.

Raup Untung Lumayan

Ditunjang pengalaman belasan tahun di negeri orang, minimnya kompetitor dan bahan baku yang melimpah, usaha Marten berjalan mulus.

Cuma butuh sebilah parang tajam, sekantong sedotan, beberapa tangkai sendok, serbet, jeriken air dan ember untuk menunjangnya melayani pembeli.

Ada pula dua keranjang buah nanas sebagai selingan dagangan yang juga laris manis.

Sebutir kelapa muda ia patok 5000 rupiah, entah mau diteguk langsung di tempat atau dibawa pulang.

Saat sepi, dalam sehari ia cuma mengantongi pendapatan kotor maksimal 500 ribu.

“Tapi biasanya dalam sehari pendapatan kotor sampai satu juta,” akunya.

Dari hasil menjajakan air kelapa muda ia bisa meraup rupiah yang tidak sekedar untuk mengasapi dapur keluarga.

Setelah dikalkulasi, dari buah kelapa muda ia bisa untung bersih 250 ribu – 500 ribu dalam sehari.

Setidaknya ada yang bisa ditabung, juga untuk angsuran pick up, dan membiayai keperluan hidup lain.

Kini pria 38 tahun tersebut sudah mantap hati mendulang berkat di tanah kelahiran yang mulai dirintis dari usaha sederhana jualan air kelapa muda.

Marten sadar sepenuhnya arti pepatah hujan emas di negeri orang hujan batu di negeri sendiri.

“Jika orang luar bisa datang buka usaha masa saya yang lahir dan besar di sini harus jadi penonton,” tandasnya. ( JIP/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *