WAIKABUBAK, MENARASUMBA.COM – Bisa dihitung dengan jari putra tanah Marapu yang berhasil meniti karier di jajaran kepolisian karena kerasnya persaingan, serta minimnya kesempatan untuk itu.
Namun garis tangan kesuksesan berhasil ditoreh salah satu putra terbaik Sumba Barat kelahiran Wanukaka yang meniti karier kepolisian dari jenjang bawah.
Lukas Leju Malana, adalah salah seorang dari sedikit putra negeri sandelwood ini yang berhasil menempa karier di korps bhayangkara itu kendati harus memulainya dengan modal ijazah SLA.
Kepada media ini beberapa waktu lalu, pria yang lahir di Waiparakut, Wanukaka, Kabupaten Sumba Barat pada 31 Desember 1963 tersebut berkisah tentang lika-liku perjalanan kariernya hingga mencapai pangkat Ajun Komisari Besar Polisi (AKBP).
“Saya cuma tamatan SMA tapi syukur puji Tuhan bisa mencapai jenjang pangkat perwira menengah,” tutur mantan Wakapolres Rote Ndao ini.
Lukas Malana mengawali bangku pendidikan di SD Pogu Katoda, Wanukaka dan melanjutkan jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 3 Waikabubak, Sumba Barat.
Pendidikan lanjutan atas diselesaikannya di SMA Kristen Kupang dan kemudian mengikuti tes polisi pada tahun 1984 yang dilanjutkan dengan pendidikan sekolah bintara di SPN Singaraja, Bali.
Dua tahun lamanya ia ditugaskan di Timor Timur (sebelum merdeka menjadi Republik Demokratik Timor Leste) mulai tahun 1987 hingga tahun 1999.
“Pada tahun 1999 saya dipindahkan ke Polda NTT dan langsung bertugas di Polres Sumba Barat. Setahun kemudian ikut tes masuk sekolah calon perwira dan lulus,” terangnya lagi.
Setelah dinyatakan lulus tes calon perwira ia mengikuti pendidikan di Pusdik Sekolah Calon Perwira Sukabumi, Jawa Barat.
Resmi menyandang pangkat perwira, secara berjenjang Lukas Malana menjabat Kapolsek Wewewa Timur, Kasatlantas Polres Sumba Barat, Kasatlantas Polres Sumba Timur, dan Kasatlantas Polres Kupang.
Mantan atlet lempar lembing semasa SMA ini pernah juga menjabat Kepala Seksi Surat Ijin Mengemudi di Polda NTT dan setelah itu ditugaskan sebagai Kapolsek Urban Polsek Katikutana, Sumba Tengah.
“Semua tugas panggilan sebagai polisi saya lakoni dengan senang hati karena ingin mengabdi bagi negara dan masyarakat dengan segenap kemampuan yang Tuhan berikan,” ungkapnya.
Kini setelah tugasnya di dunia kepolisian tuntas, sang purnawirawan itu ingin membaktikan kemampuannya untuk mengemban amanah rakyat.
Dari berbagai pengalaman tugas di berbagai wilayah dan jenjang jabatan yang sudah diemban, banyak hikmah ia petik dan menjadi permenungannya yang kemudian membulatkan niat untuk terus berkarya.
Dengan niat itu, ia pun memutuskan terjun ke dunia politik agar bisa menyalurkan keinginan untuk membaktikan tenaga dan pikiran bagi rakyat Sumba.
Partai Golongan Karya pun jadi pilihan pria yang dikenal tegas dan menjunjung tinggi disiplin saat masih berseragam coklat itu untuk melabuhkan harapan dari cita-citanya ingin berbakti bagi segenap penghuni pulau seribu kuda ini.
“Saya memilih dunia politik bukan ingin ikut-ikutan, namun bagi saya ini adalah ruang yang tepat untuk menyalurkan niat itu dengan kemampuan yang ada pada diri saya,” akunya polos.
Lukas Malana pernah digadang sebagai salah satu tokoh yang disebut pantas menjadi calon kepala daerah untuk mengikuti pemilukada di Sumba Barat.
Namun ketika itu dirinya yang masih aktif berdinas di lembaga Polri tidak mau gegabah lalu meninggalkan tugas yang belum tuntas dijalaninya.
Ia menuturkan, rasanya kurang etis jika meninggalkan ladang tugas kepolisian hanya karena ingin jadi kepala daerah. Dirinya tidak mau dianggap tergiur dengan iming-iming jabatan itu.
“Tapi kini tidak ada salahnya masuk dunia politik karena tanggung jawab tugas sebagai polisi telah tuntas sehingga waktu saya benar-benar luang untuk membaktikan kemampuan bagi rakyat,” tukasnya.
Dirinya kini berkonsentrasi penuh menggeluti dunia politik bersama Partai Golkar sebagai bakal calon anggota legislatif (bacaleg) DPRD Provinsi NTT daerah pemilihan NTT 3 yang mencakup seluruh Sumba.
Kerinduannya untuk mengabdi ini pun tanpa ambisi yang meletup dan kemudian memaksakan kehendak dengan segala cara. Biarlah semua berjalan apa adanya, dan rakyat yang menentukan.
Jika rakyat memandangnya pantas untuk menyandang tugas sebagai pengemban amanah maka tidak ada yang mustahil untuk itu.
Mengusung tagline “Bekerja untuk Masyarakat Sumba” Lukas menyebut, perjalanan hidup dan kariernya pun tidak ada yang tertutup, publik tahu apa yang telah diperbuatnya selama berdinas sebagai polisi.
“Niat saya hanya ingin mengabdi, biarlah rakyat yang menentukan apakah saya memang pantas diberi kepercayaan untuk memperjuangkan aspirasi warga Sumba,” ujarnya menutup perbincangan. (JIP/MS)