Pertanian

Anomali Iklim Berdampak pada Aktivitas Tanam Petani di Wewewa Barat

×

Anomali Iklim Berdampak pada Aktivitas Tanam Petani di Wewewa Barat

Share this article
Lahan petani di desa persiapan Deta Ate, Kecamatan Wewewa Barat yang sudah ditanami jagung dan padi ladang. ( Foto Menara Sumba )

WEWEWA BARAT, MENARASUMBA.COM – Anomali iklim membuat aktivitas musim tanam pertama bagi petani di Kecamatan Wewewa Barat bergeser dari kondisi normal.

Musim hujan yang tidak menentu hingga jelang pertengahan bulan Oktober 2024 berdampak nyata terhadap aktivitas tanam padi ladang dan jagung.

Kepada media ini, Kamis (10/10/2024) pagi, Koordinator PPL Kecamatan Wewewa Barat, Daniel Malo Umbu Pati mengatakan, baru sebagian kecil lahan petani yang sudah ditanami palawija.

“Sedikit saja petani yang sudah tanam jagung dan padi ladang ketika curah hujan agak lumayan beberapa waktu lalu,” jelasnya

Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Wewewa Barat, Daniel Malo Umbu Pati.

Saat ini, kata dia lebih lanjut, petani masih menanti tibanya musim hujan yang normal

Pada sejumlah wilayah yang memiliki sumber air cukup justru petani masih fokus dengan cocok tanam holtikultura.

“Minat petani untuk komoditi holtikultura sangat tinggi dan terus meningkat setiap waktu,” tambahnya lagi.

Meningkatnya animo petani untuk cocok tanam holtikultura tidak lepas pula dari dukungan bantuan benih dan sarpras dari pemerintah.

Ia menyebut, kendati potensi lahan basah sangat minim tapi dimanfaatkan dengan maksimal.

Hal ini tidak lepas dari etos kerja petani yang bersinergi dengan dukungan pendampingan oleh dinas terkait.

Minat petani untuk budi daya komoditi holtikultura terus meningkat.

“Luas lahan basah kita hanya 778,5 hektar yang terdiri dari lahan tadah hujan seluas 638,5 hektar dan yang didukung irigasi teknis 140 hektar,” imbuh Daniel.

Sedangkan luas lahan pertanian kering mencapai 13.115,5 hektar yang tersebar di 20 desa.

Hingga saat ini, terdapat 12 hektar lahan yang telah ditanami jagung dan 13 hektar lahan yang ditanami padi.

“Untuk tanaman padi ladang baru 3 hektar dan padi sawah 10 hektar, dimana 3 hektar diantaranya dengan bantuan pompanisasi” tambahnya.

Persiapan lahan pada musim tanam pertama tahun ini, sebut Daniel, sudah mencapai 80 persen.

Kendati demikian mekanisasi pertanian di wilayah ini belum optimal karena 75 persen pengolahan lahan masih dengan cara manual.

Ia juga melaporkan jika minat petani untuk berkelompok terus bertumbuh.

Hal ini ditunjukkan dari data kelompok tani yang bertambah dari 373 kelompok tani pada tahun 2023 menjadi 402 kelompok tani di tahun ini

“Semoga ini membawa dampak terhadap peningkatan kapasitas petani dalam mengelola usahanya yang berujung meningkatnya kesejahteraan mereka,” pungkas Daniel. ( JIP/MS )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *