Feature

Bupati Paulus Kira, Sosok di Balik Kilau Pamor Sumba Tengah yang Kini Jadi Magnet Baru Bumi Marapu   (Bagian I)

×

Bupati Paulus Kira, Sosok di Balik Kilau Pamor Sumba Tengah yang Kini Jadi Magnet Baru Bumi Marapu   (Bagian I)

Share this article

WAIBAKUL, MENARASUMBA.COM – Sudah lama niat bertemu dan berbincang dengan Bupati Sumba Tengah, Drs. Paulus S. K. Limu yang akrab dipanggil Paulus Kira saya rencanakan setelah dalam kurun waktu cukup lama tidak bersua beliau.

Jauhnya jarak SBD dan Sumba Tengah jadi salah satu perintang, selain berbagai hal terkait tugas jurnalis dan kesibukan pribadi yang tidak kalah menguras waktu.

Tidak sengaja keinginan itu akhirnya terwujud ketika meliput penyerahan bantuan CEO PT Bumi Indah, Melkianus Lubalu kepada sejumlah kelompok tani di kabupaten itu, Sabtu (25/02/2023) lalu.

Bertempat di Rumah Jabatan Bupati Sumba Tengah, Makatul penyerahan bantuan itu dilangsungkan dan kesempatan itu mampir tanpa sengaja, ibarat pucuk dicinta ulam pun tiba.

Namun jauh sebelum itu sosok pemimpin sederhana ini sudah saya kenal dan berjumpa muka, yang diawali ketika meliput pelantikan penjabat bupati SBD, Sumba Tengah, dan Nagekeo di Kupang pada bulan Mei 2007 silam.

Bertemu di Aula El Tari Kantor Gubernur NTT, saya diundang bertandang ke kediamannya di Bilangan Oepoi dan saya ingat betul, saat itu dijamu ikan bakar dan bebek panggang, sambutan awal penuh kekeluargaan yang selalu tersimpan di benak.

Kami berbincang berbagai hal, dan banyak gagasan menarik diutarakan tentang bagaimana membangun Sumba dengan tantangan kultur yang harus dihadapi.

Kedua, saat meliput penetapan bupati terpilih hasil pilkada 2018 oleh KPU Sumba Tengah yang dimenangkan paket PK-DL, pasangan cabup-cawabup Drs. Paulus S. K. Limu – Ir. Daniel Landa.

Bersama sejawat saya wartawan Pos Kupang Petrus Piter dan beberapa awak media lain kami menghadiri konferensi pers di Posko PK-DL.

Kini, dalam hitungan beberapa bulan lagi jelang berakhirnya masa jabatan beliau barulah kesempatan itu menghampiri tanpa sengaja.

Sosoknya tidak beda jauh, tetap sederhana dengan raut ramah full smile meski sudah jadi orang nomor satu di Sumba Tengah dan di pundaknya penuh sarat beban yang sudah, sedang, dan akan dituntaskan.

Terus terang saya kagum dengan gebrakan mantan inspektur yang pernah memimpin Inspektorat Provinsi NTT ini.

Di tangan sang mantan Inspektur ini, Sumba Tengah kini jadi magnet baru di Indonesia timur, sebuah lompatan fantastis bagi kabupaten yang dulu cuma dianggap anak bawang itu. Daya tarik Tana Waikanena-Loku Waikalala sudah menghadirkan Proyek Food Estate kelas premium, dan kini proyek EBT (Energi Baru Terbarukan) skala internasional.

Bagaimana tidak, daya tarik Food Estate yang terbagi dalam lima zona ini telah memancing perhatian Presiden Joko Widodo berkunjung di tengah guyuran hujan lebat pada 23  Februari 2021 lalu.

Cikal-bakal lumbung pangan Indonesia yang mencakup sejumlah desa di tiga kecamatan itu menghadirkan harapan dan bentang asa baru bagi warga Sumba Tengah untuk menatap masa depan penuh percaya diri.

Saya bersama rekan Paulus Malo Ngongo yang turut dalam rombongan sang presiden untuk meliput pun terkejut tatkala tiba-tiba RI 1 ini turun ke sawah dalam guyuran hujan lebat untuk menyapa warga yang bergeming menunggu di tengah kepungan curah air dari langit.

Sontak Paspamres kalang-kabut terjun di tengah padi dan lumpur sawah hingga salah seorang diantaranya harus kehilangan sepatu yang tertinggal dalam benaman lumpur.

Kisah yang begitu membekas, manakala magnet kesuburan negeri itu demikian kuat menarik perhatian pemerintah pusat menghadirkan sebuah proyek pertanian berkelas dan jadi debut di tanah Flobamora.

Tidak bisa dipungkiri, hadirnya Food Estate ini jadi salah satu prestasi spektakuler yang ditoreh Bupati Paulus Kira bersama sang Wakil Bupati Daniel Landa, yang dalam pilkada lalu mengusung tagline Pro Oli Milla.   

Ini bukti bahwa janji kampanye yang sudah didengungkan di seantero pelosok saat lalu berbuah nyata, bukan sekedar pepesan kosong belaka.

Bupati Sumba Tengah, Drs Paulus S. K. Limu (tengah) tidak kenal lelah kendati harus berjalan kaki dalam sebuah momen saat berkunjung ke salah satu pelosok kabupaten itu. (dok. Humaspro Sumba Tengah)

Food Estate yang saat diawali hanya dengan luas lahan 5.000 hektar, kini sudah mencapai 15.000 hektar dengan areal untuk tanaman padi 8.000 hektar dan pengembangan jagung seluas 7.000 hektar.

“Untuk tanaman padi, sebelum itu hasil maksimal per hektar hanya 2 sampai 3 ton. Setelah adanya Food Estate meningkat jadi 5 ton per hektar dan terakhir pada 2022 lalu sudah mencapai hasil 6 ton per hektar,” sebutnya.

Demikian pula dengan pengembangan jagung yang biasanya cuma menghasilkan 4 sampai 5 ton per hektar naik menjadi 9 ton per hektar dan terakhir mencetak rekor 11,8 ton per hektar.

Memastikan sendiri kondiai salah satu sarana air bersih yang baru dibangun. (dok. Humaspro Sumba Tengah)

Bersinergi dengan Program TJPS (Tanam Jagung Panen Sapi) yang digadang Pemprov NTT, pengembangan jagung di kabupaten ini mencatat angka 11,8 ton per hektar.

Sebuah hasil spektakuler belum ada tandingannya di seantero negeri Sandel ini dan membuat Dirut PT Bumi Indah, Melkianus Lubalu menunaikan janji hari itu menyerahkan hadiah alsintan kepada kelompok tani yang sudah melampaui rekor yang sebelumnya dipegang petani Sumba Barat Daya.

Dikatakan Bupati Paulus, membangun usaha pertanian di Sumba Tengah hingga menggeliat seperti saat ini, tidak semudah membalik telapak tangan. Hambatan alam, kultural, dan sumber daya manusia jadi tantangan yang tidak main-main.

“Kendalanya di sini rata-rata petani tidak tamat SD yang kemudian berpengaruh kepada pola pikir serta etos kerja. Karena itu kita libatkan berbagai komponen seperti penyuluh pertanian, pengusaha, hingga perguruan tinggi,” bebernya.

Rotasi iklim yang tidak menentu akhir-akhir ini ditambah berbagai krisis yang melanda dunia menjadi tantangan lain yang juga mesti dielaborasi dengan benar.

Kini hampir semua warga Sumba Tengah sudah menikmati layanan air bersih karena kerja keras tiada kenal lelah pemerintah di kabupaten itu. (dok. Humaspro Sumba Tengah)

Di tengah kepungan arus tantangan, biduk pemerintahan yang dinakhodai PK-DL ini terus berkelit mencari arah yang tepat agar tidak terhempas badai untuk melabuhkan asa janji yang sudah dicita-citakan saat layar mulai terkembang. 

Kondisi ekonomi petani yang terhimpit dimana ada sebagian lahan sawah tergadai untuk menopang berbagai kebutuhan hidup jadi pekerjaan tidak kalah pelik yang harus dicari solusinya agar kembali ke tangan petani bersangkutan. 

Intervensi pemerintah akhirnya dilakukan untuk membantu petani yang terlanjur menggadaikan lahan sawahnya  agar bisa ditebus kembali dan kemudian dapat dikelola sendiri dari musim ke musim.

Tidak berhenti di situ, inovasi pun berlanjut dan kini dari sebuah geliat pertanian, Food Estate telah merambah sektor pariwisata dengan memanfaatkan Bukit Jokowi sebagai spot baru dan berlanjut kepada pembangunan embung.

“Sesuai harapan Pak Jokowi sektor pariwisata sebagai ikutan yang akan dikembangkan di area Food Estate. Dua embung besar di Laitabuk dan Kamelimabu, Kecamatan Katiku Tana Selatan akan dibangun tidak saja untuk kebutuhan pertanian tapi juga menyasar pariwisata,” paparnya dalam wawancara pada Sabtu (25/02/2023) sore itu.

Menurut Bupati Paulus Kira, embung tersebut tidak saja untuk keperluan menampung air tapi jadi lokasi wisata. Di situ akan dibangun pula mini market, fasilitas wedding, tempat parkir, dan sarana lain.  (bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *