Merubah etos kerja, lanjut Paulus Kira, meski tidak mudah namun bisa dilakukan karena semua komponen terlibat secara simultan, baik pemerintah, akademisi, LSM, pengusaha, dan pihak lainnya.
Mindset petani sawah misalnya, terus menerus didoktrin sehingga alam berpikirnya bertransformasi menuju usaha tani yang tidak semata hanya memenuhi kebutuhan konsumsi tapi juga pengembangan ekonomi.
“Mekanisasi jadi daya dukung utama dengan mengoptimalkan alsintan bantuan pemerintah untuk memangkas waktu olah lahan yang sebelum itu pergerakannya begitu lamban. Perubahan etos kerja dimulai dari sini,” ujarnya pada Sabtu (25/02/2023) sore itu.
Sebelumnya, kegiatan olah lahan dan masa tanam baru tuntas pada bulan Maret dan April. Hasil panennya pun rata-rata masih standar warisan pola manual yang cuma 2 sampai 3 ton per hektar.
Setelah diintervensi dengan dukungan alsintan, benih, pupuk, serta berbagai sarana lain yang disediakan pemerintah dan mitra swasta, 80 persen sudah selesai di bulan Desember hingga benar-benar tuntas di awal Januari.
Upaya tersebut berbuah hasil yang juga meningkat jadi 4 ton per hektar saat awal Food Estate dikerjakan, dan masuk tahun ketiga berlipat mencapai 6 ton per hektar.
Gerakan ini, sebut mantan Penjabat Bupati Sumba Barat tersebut, tidak bakal sukses tanpa leadership yang mumpuni. Karenanya, peran pemimpin mulai dari bupati-wakil bupati, camat, kepala desa, hingga kepala dusun jadi kata kunci.
Untuk merubah etos kerja harus ada gerakan kepemimpinan, tidak melepas rakyat sendirian karena bakal memakan waktu lama. Namun jika pemimpin di semua level mampu menggerakkan restorasi ini, niscaya perubahan itu bakal terwujud dalam hitungan waktu tidak lama.
“Merubah etos kerja ini butuh waktu, tetapi untuk Sumba Tengah bisa kami lakukan dan sudah terlihat hasilnya,” ungkap bupati yang gemar menyambangi warganya di berbagai pelosok ini.
Tidak dipungkiri, karakter kepemimpinan Bupati Paulus Kira yang tidak betah duduk di belakang meja ini jadi faktor penentu yang mampu meletupkan semangat penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan berdenyut di seluruh negeri itu.
Sumba Tengah Menuju DPP
Kabupaten yang dilahirkan kembar bersama saudaranya Loda Wee Maringi-Pada Wee Malala, Kabupaten SBD dari rahim sang induk Sumba Barat ini juga memiliki potensi unggulan di sektor pariwisata.
Salah satunya, Pantai Lima Bidadari di Kecamatan Katiku Tana Selatan yang digadang menjadi destinasi wisata premium. Disebut lima bidadari karena di situ terhampar lima pantai berbeda yang memanjang kurang lebih 5 kilometer.
Ada Pantai Konda, Pantai Aili, Pantai Maloba, Pantai Tangairi, dan Pantai Loku Lihi. Bahkan di Pantai Maloba sudah ada investor asal Belgia yang membangun resort di situ.
Tidak kalah menariknya situs budaya kampung adat Pasunga di Anakalang yang masih terpelihara hingga saat ini.
Pilihan lain, ada air terjun Matayangu, tracking di hutan Manu Rara dan Tana Daru, arung jeram di Sungai Pamalar, Sungai Soru, dan Sungai Laigoli.
Juga tersedia wisata olahraga panjat tebing di Ole Ate dan Lembah Lenang, serta agrowisata pada lahan 10 ribu hektar.
Aset wisata ini jadi modal amat berharga karena dampak domino-nya sudah terbayang di depan mata yang bakal mendongkrak pertumbuhan usaha di sektor jasa dan berbagai sektor ikutan lainnya.
Bukan retorika belaka, mimpi masa depan pariwisata bumi Gailaru Marada-Bakulu Paraingu itu sudah dirajut agar menjadi nyata menyuguhkan kesejahteraan bagi warganya.
Gambaran besarnya termaktub dalam buku bertajuk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Sumba Tengah yang telah diserahkan kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Buku itu diserahkan sendiri oleh Bupati Paulus Kira dalam sebuah forum wisata bertema Momentum Kebangkitan Industri Pariwisata Tahun 2023 yang diselenggarakan PT Tempo Media Inti, Tbk bersama Kemenparekaf RI, di Jakarta akhir Februari lalu.
Pemda Sumba Tengah juga mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk menetapkan kabupaten itu sebagai DPP (Destinasi Prioritas Pariwisata), sebuah upaya tiada henti yang terus dilakukan demi mendongkrak majunya dunia pariwisata.
“Ini upaya mengintegrasikan perencanaan dan penganggaran melalui pendekatan tematik, holistik, dan spasial. Butuh integrasi perencanaan antara bidang pariwisata, food estate, dan bidang lain guna menjawab masalah daerah yang berdampak secara nasional,” terang Paulus Kira.
Beasiswa untuk Biaya Kuliah Anak Kurang Mampu
Sebagai salah satu program utama, pendidikan menjadi perhatian serius Pemkab Sumba Tengah kendati PAD yang dikantongi hanya mencapai 30 miliar.
Bertaruh anggaran di tengah berbagai kebutuhan dana pembangunan yang memang tidak memadai, pemerintah di kabupaten ini tidak pernah pikir panjang menggelontorkan beasiswa untuk mencerdaskan anak bangsa di wilayah itu.
“Kami punya program beasiswa untuk membiayai pendidikan anak-anak Sumba Tengah yang ekonominya kurang mampu di perguruan tinggi. Dimulai dari semester tiga hingga tamat kuliah atau maksimal semester delapan,” sebutnya pula.
Bantuan ini diberikan per semester bukan per tahun, dengan jumlah 3 juta untuk tiap semester yang sudah dilakukan sejak tahun 2019 dan ketika itu dijatah untuk 500 mahasiswa.
Bagaimana pun, peningkatan mutu sumber daya manusia di kabupaten itu jadi hal pokok yang mesti dilakukan untuk mewujudkan generasi cerdas di Tana Waikanena-Loku Waikalala.
Menilik data IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Sumba Tengah tahun 2022 di situ tercatat sebagai terendah kelima dari 22 kabupaten/kota di NTT dengan angka 62,71 sementara IPM skala provinsi 65,90 dan untuk tingkat nasional 72,91.
Selain itu, alasan prinsipnya agar daya dukung terhadap pengelolaan pembangunan, terlebih dalam pemanfaatan sumber daya alam yang berlimpahruah hanya bisa dilakukan dengan baik jika sumber daya manusianya mapan dan berkualitas.
Contoh nyata dalam pengelolaan sumber daya pertanian, karena sebagian besar petaninya tidak tamat SD maka butuh waktu lama untuk mengakselerasi berbagai program dengan sentuhan teknologi bertani yang maju dan modern.
Mau tidak mau, tersedianya sumber daya manusia berkualitas dan cakap di semua bidang harus diupayakan agar berbanding lurus dengan kemajuan teknologi yang berkembang demikian pesat.
“Ada juga beasiswa bagi mereka yang mengambil program studi kedokteran dengan besaran berlipat lebih banyak dari yang diperuntukkan bagi program studi lain. Ini untuk mendukung ketersediaan tenaga dokter di Sumba Tengah,” paparnya lagi.
Sumber pembiayaan program beasiswa yang setiap tahunnya mencapai belasan miliar ini berasal dari deviden tabungan Pemkab Sumba Tengah di Bank NTT serta sumber pembiayaan lain. (bersambung)