LARANTUKA, MENARASUMBA.COM – Di kalangan publik Flobamora, sosok Drs. Alexander Rihi, M.Si dikenal sebagai salah satu penjabat bupati terlama karena sukses jadi petahana di Kabupaten Flores Timur, NTT.
Setelah dilantik sebagai Penjabat Bupati Flores Timur pada 22 Mei 2022 dan masa jabatan itu usai, ia kembali dikukuhkan sebagai nakhoda di Nagi Tanah pada 25 Mei 2023.
Tidak banyak yang tahu jika pria berdarah Sabu kelahiran Kupang 29 Desember 1970 ini pernah bertugas di TNI AD sebagai sukarelawan militer (Sukmil) dengan pangkat letnan dua.
Doris Rihi (tengah) saat masih bertugas sebagai tentara dengan pangkat letnan dua di Kodim 0826 Pamekasan-Madura, Jawa Timur. ( Foto dok. pribadi )
Jika saja kariernya ditakdirkan Tuhan sebagai tentara, mungkin saat ini putra dari pasangan Bapak Daniel Rihi dan Ibu Elisabeth Rihi Radja ini sudah menyandang pangkat bintang di pundaknya.
Setelah tamat STPDN pada tahun 1992, alumni SMPN 4 Kupang (kini jadi SMPN 3 Kupang) tahun 1986 ini mengikuti wajib militer (wamil) di Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) TNI AD sebagai perwira militer sukarela dengan pangkat Letnan Dua Infanteri.
Ia kemudian ditugaskan sebagai perwira bantuan operasi pada Seksi Operasi di Kodim 0826 Pamekasan-Madura, Jawa Timur selama dua tahun, sejak bulan Oktober 1992 sampai dengan bulan Oktober 1994 .
Pengambilan sumpah jabatan saat dilantik sebagai Kepala Kelurahan Waso, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. ( Foto dok. pribadi )
Namun tawaran berkarier di dunia militer yang sudah teretas itu pun harus berhenti di tengah jalan setelah Menteri Dalam Negeri yang kala itu dijabat Jenderal TNI (Purn) Rudini membatalkan niat Doris dan beberapa rekannya.
Sejatinya, tampilan fisik Doris Rihi sangat ideal untuk seorang tentara. Lagi pula ia sangat disiplin menjaga kesehatan, salah satunya tidak suka merokok.
Saya ingat betul karena pernah sekelas di SMPN 4 Kupang dimana saat itu banyak siswa yang mulai belajar merokok namun Doris Rihi teguh tidak mau menyentuh sebatang rokok pun.
Ia punya hobi olahraga, penggemar berat volley ball dan salah seorang pemain dari tim SMPN 4 Kupang kala itu karena memang didukung oleh postur tubuhnya.
Penjabat Bupati Flores Timur, Drs. Doris Alexander Rihi, M.Si menyanyi dan berjoget bersama warga Lewomuda, Larantuka yang dimerdekakan dari kegelapan setelah wilayah itu dialiri listrik. ( Foto dok. pribadi )
Tinggal di wilayah Oepura, lingkungan yang cukup tenar di Kota Kupang saat itu dengan kenakalan remaja, disiplin diri yang begitu kuat tertanam tidak membuatnya tergoda pengaruh buruk.
Maka tidak heran jika ia tidak butuh adaptasi saat menimba ilmu di STPDN, bahkan dengan mudah ditawari jadi tentara dengan pangkat perwira, layaknya alumni AKABRI sebutan untuk AKMIL kala itu.
Sejak kecil Doris sudah merasakan kerasnya hidup. Lulusan SD Inpres Oepura II tahun 1983 ini harus menenteng termos berdagang es di terminal Oepura sepulang sekolah di tahun 1979-1986.
Untuk tambah pemasukan sehari-hari sang ibu membuat es di rumah dan Doris yang menjajakan, karena rasa tanggung jawab untuk turut memikul beban keluarga tanpa minder.
Bagi suami dari Stefani Sri Mutarti, S.Sos ini Tanah Flores bukanlah negeri asing, karena sesungguhnya jejak karier sebagai PNS dimulainya dari ujung barat Nusa Bunga ini.
Foto Drs. Doris Alexander Rihi, M.Si bersama sang istri dan ketiga buah hatinya. ( Foto dok. pribadi )
Titian jejak karier Doris Rihi dimulai dengan menjadi staf di Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai pada tahun 1994-1995, dan setelah itu menjabat Kepala Kelurahan Waso di kecamatan yang sama sejak tahun 1995-1996.
Maka tak heran jika 26 tahun kemudian ada panggilan mengabdi dari ujung timur Nusa Bunga. Ibarat pantun berbalas untuk menggenapi karya bakti Doris Rihi di Pulau Flores, dari Negeri Komodo ke Beranda Vatikan, Kota Reinha.
Kepercayaan yang dua kali didapatkannya untuk menakhodai transisi kepemimpinan di Flores Timur, tentu punya dasar yang kuat.
Meski hanya seorang penjabat, ia bisa menyelesaikan persoalan listrik, jalan, sampah, pasar, dan berbagai macam soal lain yang diatasi dengan baik, kendati tantangan yang dihadapi pun tidaklah mudah.
Doris Rihi di masa kecil menenteng termos berjualan es sepulang sekolah di Terminal Oepura, Kota Kupang sekitar tahun 1979 – 1996. ( Foto dok. pribadi )
Dalam urusan pengelolaan keuangan negara, di masa kepemimpinan alumni SMA Negeri 1 Kupang tahun 1989 ini, Pemda Flores Timur selalu mengulang prestasi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
“Yang paling penting bagi saya adalah menjalankan tugas dengan baik, melayani kebutuhan masyarakat agar sedikit bisa keluar dari kesulitan,” tuturnya dalam sebuah wawancara di Hotel Ella, Tambolaka, pada akhir Desember 2022 lalu.
Setahun sebelum itu, Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi NTT ini sudah ditugaskan sebagai penjabat bupati di Kabupaten Sabu Raijua, negeri leluhurnya sejak 27 Maret 2021 – 16 September 2021.
Jiwa Pamong Praja sejati demikian lekat dalam diri alumni Institut Ilmu Pemerintahan Jakarta tempat dimana ia meraih gelar Doktorandus (Drs) tahun 1998 dan kemudian disempurnakan dengan S2 Magister Ilmu Pemerintahan (M.Si) di Universitas Padjadjaran Bandung di tahun 2004.
Doris Rihi ketika mengikuti Short Course tentang HIV AIDS dan Narkoba di Sidney dan Melbourne, Australia pada bulan Januari-April 2007. ( Foto dok pribadi )
Meski sukses sebagai seorang pamong praja sejati, ayah dari Elizabet Nabitha Esmeralda Rihi, S.S, Rebecca Reynata Rihi, dan Alexandra Naweni Angellita Rihi ini tidak lupa pada masa lalu.
Terbukti, ketika bersua saat mengikuti perayaan HUT NTT di Kabupaten SBD, pada penghujung Desember 2022 lalu.
Karena tahu se-almamater saat SMP ia langsung mengeluarkan handphone dan mengajak saya selfie bareng.
“Mari foto bersama biar nanti saya share di group alumni SMP dan teman-teman bisa lihat,” katanya.
Setelah itu komunikasi intens terjalin dan ada beberapa kali berita tentang Pemda Flores Timur tayang di media ini.
Meski sudah bertahun jadi pejabat birokrasi, karakter humanis mantan perwira letnan dua TNI AD ini tidak lekang oleh waktu.
Sosok Doris Rihi tetap dengan gaya apa adanya, seperti yang saya kenal ketika masih menjadi siswa di SMPN 4 Kupang dulu.
Senyum ramah bersahaja dan kesederhanaan khas anak negeri Rai Hawu yang lahir dan dibesarkan di Kota Karang, Kupang. ( Julius Pira )