TAMBOLAKA, MENARASUMBA.COM – Setiap orang punya alasan masing-masing untuk menekuni karya perjuangannya.
Tidak terkecuali bagi Paulmeltri E. Rongga, sosok advokat muda yang sudah sekian lama tekun dalam dunia advokasi bagi warga yang sulit mendapatkan akses bantuan hukum maupun pendidikan.
Ditemui di kediamannya, Desa Rada Mata, Kota Tambolaka, SBD beberapa waktu lalu, pria yang lahir di kota karang Kupang ini telah mendedikasikan hidupnya dengan berkiprah bagi kaum kebanyakan.
“Saya terpanggil untuk mengabdikan diri karena melihat betapa banyaknya saudara-saudara kita yang kurang beruntung mendapatkan perlindungan hukum maupun akses pendidikan,” papar pria yang akrab dipanggil Paul ini.
Pose bersama Meltripaul E. Rongga, SH, M.Pd (ketiga dari kiri) dan klien didampingi sejumlah staf di depan kantor. (Foto. Istimewa)
Digawangi 3 pengacara dan 20 paralegal, Kantor Hukum Advokat Meltripaul E. Rongga, SH, M.Pd & Partners yang didirikannya pada tahun 2018 ini telah banyak berkiprah menolong kaum lemah yang butuh bantuan hukum.
Tidak mengejar profit layaknya kantor pengacara di kota besar yang hidup mapan karena ditopang bayaran para klien berduit, aktivitas lembaganya ini lebih menonjolkan misi sosial.
Ia memaklumi dan sadar betul betapa kondisi ekonomi sebagian besar warga tana marapu sangat jauh dari kemapanan karena masih terbelenggu dengan berbagai kesulitan.
Berbicara dalam rapat yayasan membahas pembangunan SMA Generasi Penerus Ede di Denduka, Kecamatan Wewewa Selatan. (Foto. Istimewa)
“Sebagai praktisi hukum yang profesional, kami juga sangat memahami hal ini sehingga tidak mematok tarif tapi lebih pada upaya advokasi yang mengedepankan rasa kemanusiaan atas kondisi tersebut,” ujarnya.
Siapa pun yang datang meminta bantuan hukum akan diadvokasi sesuai prosedur dan kaidah yang berlaku dalam dunia praktisi sebagai pengacara.
“Persoalan besar kita adalah kondisi masyarakat yang sebagian besar belum melek hukum, sehingga salah satu sasarannya adalah membuat mereka paham, minimal tahu hak dan kewajibannya dalam hukum,” imbuhnya.
Ia menuturkan, perjuangan untuk bisa membuat masyarakat melek hukum bukanlah pekerjaan mudah karena hingga saat ini harapan itu masih jauh dari yang diinginkan.
Memantau pembangunan SD Generasi Kalena Rongo di Desa Kalena Rongo, Kecamatan Kodi Utara. (Foto. Istimewa)
Karena itu pihaknya juga giat melakukan sosialisasi dalam setiap kesempatan, yang lebih banyak bersifat individu karena faktor pendukung yang masih terbatas.
Sosialisasi dalam forum resmi dengan menghadirkan banyak orang butuh kerja sama dan kolaborasi bersama institusi hukum lain seperti kepolisian dan kejaksaan, atau yang difasilitasi pemerintah daerah misalnya.
“Tidak mudah memang karena sumber daya masyarakat kita yang amat terbatas, sehingga butuh kegigihan dengan dedikasi semangat untuk melayani dengan sepenuh hati,” lanjutnya pula.
Sejalan dengan advokasi hukum, perjuangan di bidang pendidikan pun tidak kalah giat dilakukannya lewat Yayasan Pendidikan Generasi Penerus Sumba.
Niat ini dilatarbelakangi pula oleh keterpanggilan untuk memajukan sumber daya manusia di kabupaten ini yang masih minim dan tidak berdaya dukung terhadap kemajuan daerah.
Meltripaul E. Rongga, SH, M.Pd (kedua dari kiri) saat melakukan survei pada salah satu lokasi yang akan diperuntukkan bagi pembangunan gedung sekolah. (Foto. Istimewa)
Sumba masuk sebagai salah satu pulau terpencil, dan SBD sendiri terhitung sebagai kabupaten di Indonesia yang dikategorikan daerah tertinggal, terdepan, dan terluar.
“Selaku orang asli Sumba yang lahir dari tanah ini, kita coba kembangkan pendidikan karena memang cuma ini satu-satunya cara untuk meningkatkan sumber daya manusia,” sebut Paul.
Keinginan ini sudah diwujudkan dengan beroperasinya beberapa sekolah dari tingkat dasar hingga lanjutan atas di berbagai wilayah SBD.
Ia juga berharap, dari sekolah yang sudah ada saat ini pemerintah bisa memberi support baik sarana maupun prasarana, seperti laptop atau komputer yang masih sangat dibutuhkan saat pelaksanaan ujian nasional.
Sementara ketersediaan tenaga pendidik untuk saat ini, lanjut Paul, sudah sangat memadai dengan jumlah lulusan sarjana pendidikan yang tersebar cukup merata di kabupaten SBD.
“Saat ini saya rasa hanya butuh peningkatan kompetensi tenaga pendidiknya saja untuk mengimbangi perkembangan global. Tapi yang paling penting harus ada daya dukung pemerintah bagi lembaga pendidikan swasta yang sudah ada,” sarannya.
Kini pengacara muda ini tengah meretas perjuangan baru dengan menggeluti dunia politik karena dirinya merasa jika apa yang sudah dikerjakannya belum maksimal.
“Yang pertama, saya berkeinginan agar bisa lebih luas melayani masyarakat dalam berbagai macam aspek,” katanya lagi.
Ia mencoba merangkai kekuatan lewat jalur politik dan menambatkan cita-cita itu dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPRD provinsi di daerah pemilihan Sumba Raya melalui Partai Persatuan Pembangunan.
Satu poin penting yang dikemukakan Paul adalah bagaimana perjuangan itu dikolaborasi, tidak dibatasi oleh satu sisi saja sehingga menghasilkan daya elaboratif yang maksimal.
Dirinya berharap, jalur politik yang kini digelutinya bisa membuka ruang lebih besar lagi untuk menambah kekuatan berjuang dan membaktikan diri bagi masyarakat.
“Ini juga untuk menguji seberapa besar simpati keluarga, sahabat, dan kolega terhadap apa yang sudah diperjuangkan selama ini. Sama sekali bukan untuk mencari gaji sebagai anggota dewan,” tutupnya. ( Julius Pira )